Minggu, 20 Mei 2012

sokaraja, menuju kota bersenja doa



Perempuan yang memakai jaket yang tebal itu yang jalannya terhuyung karena kehabisan aqua yang sebotol kecil


Berdiri saat tikungan pertama berbau sokaraja

Lapangan hijau dikiri jalan dari jogja

Yang dulu diingatnya sebagai tanda

Ah, sebentar lagi sokaraja

Dia tidak membawa oleh-oleh untuk orang tuanya

Dia hanya ingat kalau janji meniupkan nyawa

‘aku akan berjalan pada setapak kaki, atau selapang bentangan tangan

Di kotamu

Kota yang memiliki senja bernama doa

Dan memiliki nama serupa harapan

Aku akan datang untuk menutup rindu dari buku yang barusaja kubaca saat plat kendaraanmu hilang dibalik gemuruh giwangan

Tunggulah saja dengan senyum yang membekukan kuah mie instan

Dan mengkristalkan debu terminal

Tunggulah saja sambil membetulkan senja yang nanti kulihat-lihat dalam parasmu, lagi

Tunggulah saja, karena itu artinya aku akan datang’



Sokaraja terlihat di bola matanya

Klenteng yang merah menyala membagi suka

Pada mereka yang dicegat di pintu rindu

Pulang kekotanya

Perempuan yang memakai jaket tebal yang berjalan makin terhuyung karena habis sebotol aqua kecil

Merapikan kerudungnya

Sambil menata rindu pada orang tuanya waktu sokaraja tak begitu senja

Sedang gerimis menjemput dari arah kotanya

‘kotaku, ada yang datang untuk melihat senjamu, senja kecil yang bernama doa’


0 komentar:

Posting Komentar