Rabu, 28 Desember 2011

permintaan


Saat pertama kali putri kecil kami terlahir di dunia, dia menjadi simbol kebahagiaan bagi kami, orang tuanya. Bahagia yang tiada tara kami rasakan karenanya. Kami menjaganya siang dan malam, sampai kami melupakan keadaan diri sendiri. Kami sadar, memang seharusnyalah seperti itu kewajiban orang tua.


Kami besarkan dia dengan segenap jiwa dan raga. Kami didik dengan semaksimal ilmu yang kami punya. Dan kami jaga dia dengan penuh kehati-hatian.
Dan waktupun berlalu...

Dia kini telah menjadi sesosok gadis yang cantik. Betapa bangga kami memilikinya. Kami berpikir, betapa cepat waktu berlalu, dan terbersit dalam hati kami untuk tetap menahannnya disini.

cukup dinda, penghianatan padaNya selalu menyakitkan

ini catatan tentang bacaan alqur'an yang palinng sedih yang pernah kudengar.
hari baru dimulai, shubuh masih jauh, baru lewat sekitar 60 menit yang lalu hari berganti.
dia bengong di depan komputernya.
ada yang salah pasti.

bacaannya lirih, tapi jelas bercampur duka.
ada semacam pembicaraan bisu disana

Sabtu, 24 Desember 2011

psikolinguistik punya cerita

sebelumnya itu perjalanan yang tidak pernah dinantikan. merasa hanya ada sedikit harapan akan adanya kesenangan-kesenangan yang biasanya didapat di forum lain. tapi ternyata enggak, inilah hari melelahkan yang penuh kebahagiaan.

nyoba jadi bu guru
yup, niatnya cuma penelitian bahasa ibu dan bahasa sang ibu aja di taman kanak-kanak, dan dan dan,ada hal lain yang didapatkan :

Rabu, 21 Desember 2011

dongeng hujan

Dahulu kala ada seorang anak kecil di planet bumi yang takut hujan. Peri-peri dongeng –pendahuluku- dari neptunus yang sedang bertugas di bumi mengetahui akan hal itu,


Kasian sekali anak itu, kalau dari pagi nggak ada matahari, mukanya murung bukan main, artinya dia tau, mungkin hari ini akan hujan, jam 9, jam1, atau nanti malam. Dan itu meresahkannya. Sampai yang paling parah, dia pernah sakit gara-gara ketakutan mendung dan dia yakin, mendung itu akan membawa hujan.

Hujan pasti datang juga, seberapa lamapun mendung mengulur-ulur waktunya.

Solusinya bukan menghilangkan kejadian bernama hujan kan??

Tapi membuat anak itu menerima hujan. Sebab kala itu, hanya anak-anak yang takut hujan, padahal betepa banyak manfaat hujan itu.

Peri dongeng kemudian membuatkan dongeng tentang hujan. Kemudian dikirimkan ke bumi. Mulanya, memang susah, karena badan sensor planet bumi lumayan ribet. Sangat ketat sensornya terhadap banyak hal yang akan masuk bumi.

Tapi berkat kerjasama yang baik antara neptunus dan bumi, hubungan diplomatik yang baik maka hal itu dapat dilewati. Catatan : bumi dan neptunus sudah menjalin hubungan diplomatik yang baik sejak beratus abad lamanya, harap dijaga; yang menyedihkan adalah planet tetangga, planet merkurius tempat tinggal ultraman, belum menjalin hubungan yang baik dengan bumi, mari kita doakan (walaupun ultraman adalah superhero di bumi), ini persoalan eskploitasi TKM (tenaga kerja merkusrius) di bumi. Halah halah.....

Dongeng itu kemudian disebarluaskan ke seluruh penjuru bumi, dari mulut ke mulut. Folklore. Tradisi lisan.

Imbasnya, banyak anak kecil yang mulai menyukai hujan. Hingga terbawa dewasa, mereka suka hujan2an, mereka bilang harum lah bau hujan, romantis lah air hujan, menakjubkanlah tetes hujan, dan lain sebagainya.

Tapi seperti tradisi lisan pada umumnya, ada penambahan, ada pengurangan, bahkan kadang ilang. -Pak wardi yang pernah nawarin ikut lomba dari asosiasi tradisi lisan bilang gitu-.

Dongeng itu mesti muncul kembali di blog ini, sebagai agen resmi dari neptunus, maka dongeng-dongeng yang membawa manfaat dan filosofi (?) kembali diangkat. Bukannya cinderella juga Cuma cerita??

Terlebih, karena ada seorang yang mulai takut hujan.

Postingan berikutnya InsyaAllah, dongengnya.....................

safety exam


Musim ujian ni, pengalaman pahit, pernah dapat nilai C, sama sekali enggak nyontek, justru karena orang lain yang nyontek. Peraturannya yang nyontek dan nyontekin dicoret semua. Dengan kebiasaan memanfaatkan jatah bolos, ukuranku cukup dikatakan beranilah menghadapi ujian . Tapi perike-kawan-nan tidak kenal masa, itu yang susah.

Udah dari 15 menit yang lalu selesai, tapi baru berlalu 35 menit dari awal waktu ujian. Kecuali satu nomor yang ditempati soal begitu asingnya, lainnya sudah beres dan aku yakin.

Kebiasaan nulis akhirnya disalurkan. Disebalik kertas soal ujian psikolingusitik

ini soal ujian psikolinguistiknya,

Tips aman ujian (versi laras); Safety exam

Senin, 19 Desember 2011

senyum sahabat

tau apa?
beberapa ada yang belum ikut, karena bestrongaisya alias aisyiah rahmah ferani lagi di Jerman. Nggak ada wiwity prikitiew yang punya laptop bernama PWB -sebuah nama, dari dua obsesi, yang salah satunya kecil kemungkinan kesampaian-, nggak ada nariswari ratih sinden pamungkas -kondisinya kurang fit. nggak ada nurlaelah ella -kalaupun ada, kami pesimis dia keliatan-

adanya lanisuryani perkasa, ada zuyyinatul farikhah -biasa dipanggil u'zui-, ada miraas haram -yang entah akan halal untuk siapa-. ada isti anaktk hardiyanti, ada amanahsatonah yang begitu tegar, ada riska okta pratiwi -satusatunya ukhti yang laskar semangka punyai-. ada nisa smiley yang akan segera menjadi ibu Fbs

sengaja fotonya dibikin gitu, karena mereka adalah pelaku sejarah.
sejarah kelaskarsemangkaan.

bersama brothers kami
nafiudin kutubutara, sebenarnya mana daerah terdingin di bumi, bukan di kutub utara, yaitu berdiri saja didekat nafi, insyaallah kedinginan.
ada lupita, atau panggilan kesayangannya adalah belimbing,
dan ada agil, sastrawan dan tukang nasyid aliran abstrak, kalau tidak sedang dikatakan tidak konkrit lho ya.
ada fauzan ibram marwanto, dengan ajakan khasnya 'boci', dan seolah-olah seperti punya kepribadian ganda, kadang begitu ramahnya kayak kakak menyapa adeknya, kayak adek nyapa kakaknya, tapi kadang bisa berubah mirip nafi. terlihat cool. -padahal enggak, he-

itu di iec, di parkiran motor iec, islamic education centre, yah, sejak rumah yang kami punyai berubah jadi FE, kadang-kadang raga kami nomaden, tapi hati kami, menetap dan tak bisa berpindah.

udah pada gedeh sekarang, semester 7, udah pada mau lulus.

kelak kalian akan menjalani hidup kalian sendiri.

penerimaan yang indah


mencoba mengabadikan lagi, takut kebiasaan hape ilang, bukan karena siapa pengirimnya, tapi karena isinya.
nggak tau ya, tapi suka aja.
penerimaan yang indah.
akhirnya setelah kita berusaha yang terbaik, ada saatnya kita berdoa, setelahnya penerimaan (penerimaan raport emangnya...)

nrima kuwi ana papat, ada 4 jenis penerimaan
menerima apa adanya, saanane
nrima sakuwate, sekuat kita bisa
nrima yen diseriki, -kurang tau apa bahasa indonesia yang pas buat serik-, jengkel kah?
nrima yen diwirangake, menerima kalau dikecewakan, gitu bukan???
20 juni 2011, 19:30:13

sebab, begini, bagaimana coba kalau kepengin rambutan, sangat pingin, sangat sangat sangat pingin, tapi sadar itu musim mangga, dan enggak akan ada rambutan. pohon manapun kagak akan ada yang berbuah rambutan. pohon rambutannya aja nggak bisa, apalagi pohon lain.

seadanya musim.

sudah pernah merasakan, kepinginan yang kurang kenal sikon itu. nrima.

sebab juga, bagaimana kalau kita memaksa sekarang tidak usah hujan (diluar hujan), padahal emang jatahnya ujan, bukan pawang ujan juga. mau kita protes sama hujannya, 'ngapain kamu turun segala?', kan enggak to.

sudah pernah, merasakan setakut-takutnya ada hujan, setakut-takut itu pula seenggak bisa itu pula minta takdir yang lain. kita nggak pernah tahu ada hikmah apa dibalik penerimaan ini.
sulit si, tapi mari berusaha. yuk, tak temenin.

hari seperti ini dinamakan hari apaaaaa?


Aku kadang nggak ngerti dengan hari-hari seperti ini.
Dulu, aku bangun dalam gegap gempita pagi, kamarku penuh, karena ada banyak anak kecil yang malam ini menginap di kamarku, sepupu-sepupuku. Di dapur ibu, ada puluhan ibu-ibu sudah sibuk dengan asap dapur, walau sebenarnya kami menggunakan kompor gas.
Rebutan mandi, antri ketawa dan bercanda. Riang sekali hari seperti itu. Senyum dimana-mana.
Yang aku tau ada puluhan kentang yang di simpan dalam karung di dapur dadakan yang diperluas oleh kakeku seminggu yang lalu. Aku kebagian job mengupas dan memotong umbi yang satu itu. Waktu itu masih TK, sebisaku kulakukan pekerjaan itu. Aku bahagia karena bertemu dengan kentang segitu banyaknya, apalagi job menggoreng yang dilakukan oleh bulikku kutemani dengan sukses, tiap matang satu penggorengan aku mengambil satu piring. Dan aku, jelas-jelas bahagia karena keuntungan itu.
Yang aku tau pagi itu, ada beberapa orang asing yang datang ke kamar depan. Kamar yang jarang kami pakai, di rumah setua ini. Orang-orang itu membawa perkakas macam-macam. Dan mereka saling beramah tamah dengan nenekku.
Pagi itu, matahari mulai meninggi. Aku bermain-main terus dengan sepupu-sepupuku yang datang dari berbagai kota. Ini bukan lebaran, tapi meriahnya seperti lebaran. Orang yang kupanggil oom, hadir lengkap semua. Perempuan-perempuan yang kupanggil bulik, berdandan cantik semua hari itu. Aku girang bukan main, karena ibu memakaikanku gaun dengan renda-renda dan bunga di dada sebelah kiri. Baju terusan berwana krem yang berpita dipinggangnya.
Hari itu semua orang cantik, hari itu semua orang bahagia. Termasuk aku.
Tapi yang paling menjadi magnet penglihatan diantara semua orang ini adalah perempuan itu. Perempuan yang tidak kubenci dan sangat menyayangiku. Perempuan yang sering menjemputku dari sekolah bersama oom ku. Perempuan yang emm, kuhitung hampir satu tahun kukenal, yang sering membelikanku tango dan susu kotak. Dia yang paling cantik. Dia memakai pakaian yang aneh, banyak bunga-bunga di tanam di kepalanya yang membesar di bagian belakang, warnanya keemasan. Dia cantik dengan bibir yang diberi merah-merah.
Dia duduk di kursi merah panjang yang di kanan kirinya terdapat payung, oom ku juga duduk disana. Keduanya tersenyum. Kata orang-orang itu senyum bahagia. Aku pun belum pernah melihat oom ku tersenyum se sumringah itu. Yang aku tau senyum bahagia adalah ketika, oom ku yang acak-acakan itu terbangun kaget saat aku sudah siap dengan seragam TK ku dan merajuk diantar sekolah, dia tersenyum tapi marah-marah. Setauku, senyum bahagia adalah ketika kami sering mencuri-curi pergi dari pengetahuan bapak ke pasar malam, pulangnya oomku kelelahan mendorong motor tuanya yang buluk sementara aku digendong bapak yang ngomel-ngomel karena malam-malam menjemput kami di pasar malam. Atau ketika aku dinaikkan sepeda berboncengan dengan sepupuku yang lain, kemudian kami didorong oleh oomku dari jalan yang menanjak. Kami terjatuh, kami menangis, dan dia menolong kami sedikit cemas sambil tersenyum.
Atau senyum ketika dia memberikan gameboy kepadaku yang sudah setengah jam menangis mencoba merebut mainan itu darinya. Setauku itu.
Atau ketika menggendongku dipundaknya naik bukit menuju rumah simbah, bermain ayunan dan memetik jambu. Setauku itu.
Tapi kata orang-orang bukan.
Setelah hari itu. Setengah tahun terakhir aku pergi sekolah, bersama teman-temanku. Aku baru tau, setelah hari itu oom pergi bersama perempuan yang sering membelikanku tango. Perempuan yang tidak kubenci dan sangat menyayangiku.
Tidak ada pasar malam lagi setelah itu.
Setahun sekali kami bertemu, Cuma saat lebaran.

Rabu, 14 Desember 2011

pahitmanis lagi

merasa sangat kenal dan sangat rindu dengan atmosfir popeye, tempat maem ayam. merasa sangat mengenali seluruh perkataan yang aku ucapkan kepada seorang adik.

pulangnya, malam ini mbak laras sudah menjadi inspirasi!, dengan mata berbinar-binar.
manis, manis,

Senin, 12 Desember 2011

sore di iec

pahitmanis






sama dengan rasanya mengingat kehilangan kunci dan loncat pager
sama dengan rasanya baca buku tebal-tebal di hari hujan, meskipun dengan teh, bukan kopi
oh ya, thuk-thuk an kesiram air panas nya
inget luka nya
rasanya hape yang menyala, gugup dikamar mandi.
rasanya bisa bangun untuk beli maem, sambil sempoyongan.
sama dengan rasanya perpustakaan lantai dua dekat jendela, skripsi
sama dengan rasanya ingat malam dibalik kaca
sama rasanya dengan buru-buru nyusul seseorang ke alkid
sama rasanya dengan mengingat bola basket yang jadi rebutan
sama persis rasanya dengan mengingat bahwa besok adalah hariku pergi ke jogja
dan serta merta harus sadar ini hari terakhir bersama di SMA.
sangat sama persis rasanya seperti mencium tangan bapak didepan kosan
sebelum besok kuliah
sangat sangat sama persis rasanya mengingat bahwa aku ternyata terlalu lupa menyapa teman-teman SMA ku


pahit tapi manis, manis tapi pahit


pragmatik, kesantunan imperatif.

isyarat

maaf

bila tak sengaja ku menyakitkanmu beri isyarat padaku, agar cepat kumohon maaf padamu, disaat indah dan sedih terimakasih karena kau mencintaiku

ibu, aku tak lagi sebatang kara


setelah selesai merapal akad di pagi hari
air mukanya berubah sumringah
tapi ada yang lebih disembunyikannya
sampai akhirnya aku mengenali itu lewat bacaan alquran nya

Find the Cure!


belum terang tanah ketika kami bertiga duduk diberanda rumah.
sepi.
dan nggak tau kenapa kami bertiga.
shubuh baru saja turun dan belum hilang lantunan ayat suci dari mushola.
semua telah siap.
tapi mungkin, tidak dengan hati.
kami masing-masing mengaji. merapalkan dzikir pagi.
sambil menebak-nebak apa yang terjadi nanti siang.

pelajaran mencintai

Mata kuliah baru nih: pelajaran mencintai
Maaf, tema nya cinta lagi ya,
Sedang penasaran sekali dengan belajar mencintai, bermula dari suatu pagi aku nanya kepada beberapa mbak yang belum nikah, semua mbak dari semua jenis (lho?)
Mbak, mau nggak dipoligami?
Hihiiii, ketebak lah mayoritas jawaban yang muncul apa, meskipun dari dulu tertarik untuk mengerti bagaimana perasaan sebenarnya dari Srikandhi, Manohara, Sembadra dan Larasati tapi kali ini tidak sedang membahas bagaimana itu dipoligami.
Cuman, ada satu mbak yang curiga dan bertanya, Laras kok nanyanya gitu?. Dijawab aja mbak. Nikah aja belum, poligami.
Setelah perdiskusian meja bundar, mbaknya dan aku menyerah pada kesepakatan, kalau kita tidak mesti jadi satu-satunya, iyap! (yeeee, loncat-loncat girang).

biar kuulangi : aku kehilangan kamu

KAMU BAHAGIA. BAGAIMANA BISA AKU TIDAK
Ah! Aku ngerti, aku ngerti.
Namanya perasaanku di hari itu.
Namanya ketidaknyamanan yang datang di hari itu. Namanya hati yang dikosongkan sesisi.
Namanya tulang-tulang kaki yang kaya dilolosi.
Namanya kehilangan
Iya, kehilangan kamu.
Hari itu kamu kubantu dandan cantik sekali.
Kamu senyum, bagaimana bisa aku tidak.
Kamu bahagia,seneng banget hari itu, bagaimana bisa aku tidak.

Jumat, 09 Desember 2011

hanya cinta yang bisa

hanya cinta yang bisa menaklukkan dendam
hanya kasih sayang tulus yang mampu menyentuh
hanya cinta yang bisa mendamaikan benci
hanya kasih sayang tulus yang mampu menembus ruang dan waktu



keterangannya nanti yaaaa

Kamis, 08 Desember 2011

niat

mau ngentri baru ah.....
kesurupan arwah blog
mulai sekarang, sambil bersihin debu-debu di blog
kamu akan lebih 'berisi'...
paska jalsah ruhiy, saya:alien, akan menulis lagi....

Kamis, 24 November 2011

kita akan bersama untuk waktu yang lama

Kita akan bersama untuk waktu yang lama :Mewujudkan mimpi bersama (part 2)
Kita sudah bersama dalam waktu yang lama.
Dalam waktu yang kadang kutolak untuk dikatakan sebentar, sebab bagaimanapun akhirnya mengenal betul udaranya langitmu itu, bulan-bulanan ini sungguh berharga.
Tetapi kadang kutolak juga untuk ‘mereka’ katakan : kalian sudah lama bersama.
Sebab bagaimanapun hati memiliki pernyataan ‘kesenangan-kesenangan kita dalam air mata marah dan tawa itu belum ingin, bahkan tidak pernah ingin berhenti’. Seperti anak kecil yang merasa baru saja bermain tetapi sang ibu memanggil, jawabnya ; ibuuuuu, kan mainnya baru bentar, masa udahan siiiiii.
Kita sudah pernah bersama dalam waktu yang lama.
‘Sudah pernah’ itu seperti kuali besar yang menggodhok hati. Kita sudah bersama dalam waktu yang lama.
Dan kita sampai pada hari ini, hari ini yang barangkali bisa terjadi kapan saja.
Dimana ingatan tentang kalian muncul menguat.
Sementara rasa yang menguat itu mengikat keras-keras keinginan untuk selalu seperti apa yang diingat.
Rasa yang menguat itu kemudian, jika beruntung dia tersebar ke udara, sehingga bukan hanya aku, kamu, kamu, kamu pun dapat melihat betapa pekat keinginan itu.
Tetapi kadang malang tak dapat ditolaknya perasaan itu Cuma mampu menampakkan diri dalam wujud kegelisahan. Kita sudah bersama dalam waktu yang lama.
Yang tidak terbeli mata uang manapun.
Yang tidak tertukar kekayaan manapun. Siapa yang mampu membeli hati seorang manusia untuk hadir rela-rela dalam hujan deras –mengalahkan jarak-, muncul rela-rela di shubuh yang belum genap –dengan dinginnya-.
Mampu cemas pada orang-orang yang tidak dikenalnya ketika dia dilahirkan dibumi ini. Mampu hadir dalam hitungan 1,2,3 saja.
Mampu tegak di sisa tenaganya hanya untuk menciptakan seulas senyum saja. Mampu mendengar ditengah luka yang dalam untuk sebuah ketenangan saja.
Membagi apa yang dipunyanya, sesedikit apapun. Mampu terjaga semalaman untuk menemani orang lain dalam masa-masanya yang sulit.
Tidak ada kekayaan yang mempu menukar waktu-waktu dimana sebuah jiwa tumbuh dan mekar, menyaksikannya, berada disekitarnya, membantunya.
Tidak ada harta didunia ini yang bisa memberikan waktu tambahan penggantii detik-detik yang direlakan hanya untuk ngobrol, yang bisa membuat sebuah hati membagi kisahnya, rela-rela. Kita sudah bersama dalam waktu yang lama.
Telah mencocokkan jiwa.
Hari ini, sekarang ini sampai juga.
Dimana ingatan ini masih bertahan tentang kalian. Dimana kalian masih bertahan dengan ini, dan aku.
Hari ini, pasti datang juga.
Dimana aku yang bertahan, dimana kamu yang bertahan, dan kamu, dan kamu, dan kamu yang bertahan itu, berada dalam ketetapan hati yang sama. Kita sudah bersama dalam waktu yang lama.
Tanpa atau dengan kata telah kita bicarakan mimpi kita.
Dan dengan atau tanpa sadar kita sedang menjalaninya.
Banyak mimpi kita.
Pada akhirnya, kita akan (kah) terus bersama dalam waktu yang lama
: mewujudkan mimpi bersama secara bersama-sama (itu?).

Selasa, 25 Oktober 2011

Hey...look at your self! Kamu terbang tauk! 2

Kepinginku juga kamu jadi orang-orang yang bisa mensejajari lariku, atau minimal berada dekat dibelakangku.
Tapi kamu nggak bisa. Dibilang suruh latian lari juga. Kamu nggak mau. Iya, kamu latian, tapi waktu latian kamu itu lama.
Kamu tau sendiri kan, orang-orang yang latian bareng kamu, sekarang dimana? Jaraknya jauh didepan kamu.
Tapi kamu? Ih, kamu pikir aku nggak kesal apa dengan jalanmu yang mirip siput itu?
Kesal!.
Sampai suatu saat aku balik lagi untuk nengok kamu,
dan kamu nggak ada di track larimu?
Cemasnya bukan main.
Tapi aku buru-buru balik kedepan, dan esoknya aku balik ketempat itu,
kamu sudah ada lagi. Ngilang datang kaya gitu, sesuka udel kamu.
Tapi yang waktu itu aku heran, kamu bersayap tauk!!! Kamu tau? Kamu bersayap!!!.
Sejak itu aku selalu mengawasimu dari bawah,
meskipun tetap kusuruh kamu belajar bisa berjalan dan berlari di tanah.
Tapi jangan pernah mau kerdil,
dengan kakimu yang ternyata sulit seakali diajar berlari,
look at your self, kamu terbang tauk!!!


Kamu, nada terakhir kamu membentakku, mbikin aku kaget dan tergelincir dari pohon.
Sekarang giliranku cemas, aku jatuh pasti, tapi, sesuatu dipunggungku mengepak,
aku bukannya terjun kebawah, tapi posisiku meninggi-meninggi lagi. Aku terbang??
Lihat aku terbang, kamu ternyata benar. Aku girang bukan main.

(Akhirnya kakiku yang tidak kunjung bisa berlari cepat serta pertanyaanku kepada Tuhan, dijawab sudah.
Aku berterimakasih pada Tuhan, karena memberimu waktu untuk datang ke mimpiku dan menjelaskan ini.
Aku terbang. Ya, aku senang)

Hey...look at your self! Kamu terbang tauk! 1

Suatu hari aku bermimpi disiang bolong. Kamu pasti menduga bahwa malasnya aku, tidur di siang hari. Aku waktu itu bermimpi saat sedang sibuk menggambar-gambar dalam bukuku. Dan tau mimpiku, aku bermimpi waktu itu kamu datang dan bercerita begini padaku;

Kamu, pekerjaanmu itu bisanya apa Cuma menggerutuiku? Kesal terhadapku?

Sangkaku, kamu sedang kesal pada orang lain atau kamu benar sedang marah padaku waktu itu. Ah, tapi yang kedua itu tidak mungkin. Dengar apa yang kamu ucapkan selanjutnya?

Aku bisa apa? Selain minta maaf sama kamu? Aku harus nungguin kamu? Itu kepinginmu? . Aku juga pengin berontak dan bertanya, kenapa Allah ciptakan aku bisa berlari cepat kaya gini.

Dulu, tapi sekarang aku ngerti betul beginilah diriku jadi apa yang sudah melekat padaku sejak lahir ini, harus terus kuasah agar tidak tumpul, dan kumanfaatkan sebaik mungkin.

Maaf, tapi dengan sekuat tenaga dan seusaha keras mungkin, aku selalu mengunjungimu kan? Aku jalan balik untuk melihat apa kamu terjatuh dibelakang? ?

Mulanya aku gak perduli untuk balik lagi ke belakang, tapi suatu hari aku iseng nengok kebelakang dan melihat pemandangan yang menarik. Entah yang mana, tapi kan kamu melarang kita semua ingat apapun alasanya kita bisa sampe ketemu.
Yang ada, kita saat ini, ketemu, dan senang, cukup itu-katamu-. Bodo amat kamu mau ceritakan aku sebagai orang yang jahat yang berlari begitu cepat sehingga kamu capek nyamain lariku.(eh.....aku pengin meralat : langkahmu saja aku sudah kewalahan).

Tapi dengan usaha keras aku harus sesekali sesering mungkin balik ke belakang. Menyenangkan iya bisa bertemu begini,
apalagi kalau pas balik begini, kamu lagi musim semi.
Kadang sakit juga kalau pas balik gini, muka kamu lagi musim petir.
Tapi itu belum seberapa, sakit banget, kalau pas balik gini kamu lagi pake betadine,
habis jatuh, dan aku nggak tau pas kamu jatuh itu.

Sabtu, 24 September 2011

sedang agak buru-buru

kamu bisa cari tau pesan mana yang paling menuntut, tapi aku bisa bilang kalau pesan untuk pulang adalah pesan yang berat.

anakku menulisnya dalam buku harian yang dia simpan di komputernya, sejak kepulanganya yang terakhir. Aku mengerti itu berat, tapi aku tidak punya pilihan lain selain memintanya pulang segera, kalau saja aku cukup tangguh membesarkan dua anak perempuanku berikutnya, ini tidak mungkin terjadi.

aku memang tidak pernah bilang memintanya pulang,langsung, tapi dia tidak mungkin meleset menafsirkan batuk-batukku yang kian menjadi.

handphone ku bilang

akhirnya benda mungil itu cuma meratap kehabisan batre diujung tempat tidur, dia menunjukan nyalanya sebentar-sebentar,
aku mengetahu sinyal itu, dia minta aku mengambilnya, barang sebentar bermain-main dengannya.
tapi aku kepingin angkuh dengan membiarkan dia benar-benar tergeletak saja.
seharian ini bahkan dia tanpa aktivitas dan itu membuatnya kehabisan batre energi, kebosanan.
--
aku mendekat, kearahnya, tapi cuma mau mengambil buku didekat tempat tidur,
"Sampai kapan kamu mau mendiamkan aku teman?" tanyanya, tanya dengan sisa energi yang dia punya.
Aku cuek. aku mulai pura-pura menata kepingan CD disebelah buku..
"Sampai kapan kamu mendiamkan aku teman?" ish, dia mengulang pertanyaan yang sama. perangainya.
"Aku sedang marah sama kamu"
baiklah, sedunia barangkali juga tau, aku tidak mungkin waras kalau aku marah pada benda itu, benda mati yang kini bicara denganku, dikamarku. sekalipun dia adalah manusia, rasanya sebumi dan seneptunus menolak menamaiku manusia jujur karena aku tidak bisa marah padanya tapi mengaku marah padanya, handphoneku.
"Sampai kapan?salahku apa?" pertanyaannya, seperti orang yang benar-benar tidak tau kesalahanya.mungkin memang tidak tau.
giliran tenggorokanku tercekat, aku gak punya jawaban
"Bermain denganku sebentar, kamu benar-benar membuat hari ini sepi"
"kamu harus istirahat" sanggahan yang kering, sok perhatian
"mendengarkanku, mau?"
"sebentar lagi aku mau keluar kota, dan kamu akan tetap tinggal dirumah, mungkin sampai kehabisan batre, matisuri, jadi aku mau mendengarkan kamu, teman, kali ini saja"
handphone ku memulai cerita
"aku tau kamu menyimpan banyak pesan diruang inbokku, untuk saat ini, kamu akan sedih jika membacanya, tapi kira-kira tinggal itu yang kamu punya, pembicaraan itu, mungkin saja..." beuh,dia mulai sok tau,dia kan hanya seorang handphone, seorang,emm sebenda handphone maksudku
"........aku sebenarnya kangen untuk mendapatkan pesan dan kamu membacanya, kemudian membalasnya"
"aku benar-benar sibuk, dan tidak bisa melakukannya lebih dulu"
"seperti menata kepingan CD?"
"itu karena kamu sedang mengajakku bicara"
"benar-benar tidak bisa melakukannya?"
"untuk apa?kepada siapa?"
"benar-benar tidak bisa berarti,kamu tidak ingin bertanya kabar kepada saudara-saudaramu?"
aku diam, kepingin
tapi aku diam
"ah, aku mau pergi keluar kota sekarang"


10 menit kemudian aku siap dengan ranselku, untuk pergi,
menatap handphone sekarat itu untuk terakhir kalinya.
aku sedang kepingin pergi beneran, kamu istirahat dulu dirumah.
(kamu tau, semua pesan yang tak simpan itu aku sampai hafal, gila kan,barangkali nanti aku sampai hafal ratusan pesan lainnya, itu bukan saja aku yang gila nanti
semua pesan itu, pesan untuk bertemu kuliah, pesan untuk menyelesaikan pekerjaan, titip makan, undangan pernikahan, kabar gembira, cerita sedih, bertanya waktu, bertanya keadaan si baik -apakah masih tetap baik saja-, pesan tak perlu datang, pesan tak jadi datang, pesan ingin datang, pesan hujan, pesan kelaparan, pesan bermimpi)

handphone sekarat itu menyala-nyala genit
aku mendapatkan satu pesan
sedikit berdebar kubaca pengirimnya.
kemudian aku jadi berangkat keluar kota, benar-benar belum dibaca pesannya.

Minggu, 19 Juni 2011

sepi






beginilah sepi.....

Minggu, 05 Juni 2011

Pesan dari bukan oranglain

Aku dibawanya keluar dari ruang 4x6 meter yang membuat tubuhnya kelelahan ini, seharian aku juga penat, dipaksanya aku menatap sketsa yang ia buat, menilik apakah ada kesalahan dari yang tangannya buat, atau sekali-kali aku harus berputar beberapa derajat demi apa yang dia mau, menangkap gambar yang langsung diciptakan Tuhan melaluiku kemudian mengirim gambar itu ke otak dan ia mulai menggerakkan tangannya untuk menorehkan garis yang serupa dengan apa yang ada diotaknya.
Aku tau dia bahagia dengan pekerjaan ini, siapa yang paling bekerja keras dalam hal ini, tangan mengaku lelah mengarsir, otak mengaku lelah menyimpan memori gambar, dan aku mengaku lelah bekerja tatap pada berbagai arah, sementara hati lah yang paling lelah, dia harus berbohong untuk tetap membuat tubuh diam terpaku pada tempat ini sekian banyak waktu lamanya sementara dia sudah “mati tidak tau”.
Kali ini dia sudah diluar, aku tersapu udara sejuk, angin mampir ketubuhku sebentar, menyapu dinding putih dan hitamku yang bulat, membuat airku yang sedari tadi kering mulai banjir, tapi tangan perempuan ini langsung membendung air yang keluar dari tubuhku.
Kudiamkan tubuhku beberapa lama, biarkan tubuhku menatapi apapun dalam ruang yang mampu kujamah dengan sinarku, luas kedepan, melebar kesamping dan segalanya alam ini. Melaluiku, kubantu otak yang sudah seharian ini mencari kesenangan sendiri dengan menangkapi gambar-gambar acak, kubantu tangan yang harus mengarsir demi membantu hati sedikit lebih tenang, karena hati yang tenang itu sedang berbohong pada tubuh agar tubuh mau tetap tinggal duduk.
—otak harus terus aktif mencari kesenangan dalam menyimpan gambar-gambar sebab dari situ tangan terbantu untuk terus mengarsir, dengan mengarsir tangan membantu hati untuk lebih tenang, karena setidaknya menggambar membuatnya senang, dengan hati yang lebih tenang dan senang, ia mau membujuk tubuh agar tetap duduk didalam ruangan, betapapun itu, betapa rapi kerja ini kan?---
Setelah seharian saling bekerjasama dengan hati dan otak, aku akhirnya mampu membebaskan diriku memandang apapun, sekenanya, menangkapi apa yang dihamparkan Tuhan diatas bumi ini, tentu saja memandang kearah mana perempuan ini mau.
Perempuan ini kemudian masuk kedalam sebuah mobil yang membawanya tentu membawaku juga memandang lebih banyak, bukan cuma arsiran di dalam ruang sempit.
Sampai akhirnya aku lelah juga.
Udara sepanjang perjalanan tadi penuh debu, asap kendaraan, polusi.
Tapi Tuhan Maha Mengerti, diturunkanNya hujan lebat dipenghujung hari, meskipun itu artinya tubuh perempuan ini akan basah kuyup dan menggigil kedinginan, tapi aku, aku lebih sejuk daripada menikmati asap dan debu.
Kunikmati sore yang lambat itu sambil terus berdoa agar apa yang disebut hujan ini, baru akan mereda pukul sepuluh malam nanti. Namun otak menghardikku saat mendengar doa semacam itu.
; aku prihatin mendengar doamu
= apakah aku salah?
; kau tidak lihat majikan kita yang sudah mulai kedinginan, aku tau kau jauh lebih sejuk dengan ini
Aku diam, tepekur.
♥ dan aku, murung untuk perempuan ini
Hati menimpali pembicaraanku dengan otak
♥ Sejak siang tadi dia sudah gelisah
= aku juga sudah lelah sesiangan tadi
♥ dia perlu bersenang-senang, dia suka hujan….
= sebaiknya kalian bujuk majikan kita ini untuk lebih santai menikmati hujan
; tapi dia sudah kedinginan
= tapi dia suka hujan
; terserah kalian sajalah
♥ coba kubujuk

Tidak berapa lama kemudian, perempuan ini mulai menggerakan kakinya maju mundur, berusaha mengayunkan tangannya menangkapi hujan, temanku si bibir mulai ia gerakkan, manis sekali, perempuan muda itu membuat si bibir menyimpulkan sebuah senyuman.
♥ dia lebih baik sekarang
Perempuan itu kini lebih berani mendekati tepi halte, bermain-main air, kecil-kecil.
♥ dia makin lebih baik sekarang
Aku pun merasa lebih sejuk, dan tidak bekerja terlalu keras, karena sesekali dia membuatku terkatup, aku merasa lebih ringan dengan ini
♥ ruanganku terasa lebih longgar sekarang, sejak tadi dia menitipkan banyak hal dalam ruanganku, sekarang aku dibuatnya lebih basah dan ringan
; aku merasa beberapa laci dalam ruang kerja mulai dikunci, dia memasukan kedalam ruanganku banyak sekali oksigen
= ya, itu akan membantu kepala dan segala yang tinggal didalamnya lebih rileks kan?
♥ ini menyenangkan
= aku tidak percaya semudah ini membuatnya lebih tenang
♥ bukankah itu sudah sering kita lakukan
= ya
Perempuan itu mulai hilang kendali terhadap kenyamanan yang dia mainkan, dia mendekati hujan lebih berani, mencari celah untuk benar-benar terjun menyerahkan diri pada kawanan hujan.
= ayo, terjun saja pada hujan
♥ dia ingin sekali, aku tau.
; tunggu, apa kau diijinkan?
= sehari ini sudah kamu menunggu, terjun saja sebentar.
; jangan gegabah, kamu yakin kamu baik-baik saja jika bergabung dengan hujan?
♥ sungguh, inilah waktu-waktu yang selalu dekat dengan kamu, kamu menyukainya, kamu membuat ruanganku terasa lebih longgar dengan rasa bahagiamu yang meluap saat bergabung dengan hujan
; kamu harus mencari persetujuan, bahwa ini hal yang wajar untuk kamu lakukan
= aku setuju
♥ aku juga, lalu apa masalahnya
= terjun…
♥ terjun
Perempuan itu bersiap terjun, menemui hujan. Semuanya setuju
Tunggu tunggu…..
Perempuan itu membalikan badannya.
■■■■■
; sudah kubilang kan, kamu tidak boleh melakukan ini
♥ lakukan saja, bagaimana pendapatmu mata?
= saudaraku disebrang sana melarangku, dia menatapku dan berbicara menyampaikan apa yang dikatakan saudaramu, hati, disebrang sana,
; perempuan ini tidak boleh terjun dalam hujan
♥ apa yang dikatakan saudaraku?

■■■■
Pembicaraab antara mata yang satu dengan mata yang lain didalam tubuh orang lain
= kamu lihat aku, saudaraku, perempuan itu tidak boleh turun, temanku hati yang mengatakannya, majikanku telah berdiskusi denganku, hati dan otak, bahwa perempuan itu tidak boleh turun
= kamu lihat juga bukan, majikanku menyukai hujan, lihat sinarnya yang dia pancarkan melalui tubuhku, dia menyukai hujan tandanya
= dengarkan aku saudaraku, majikanmu itu akan jatuh sakit dan itu tidak boleh terjadi.
■■■■■
♥ apa yang dikatakan saudaramu disana?
= aku tidak dapat melawannya, majikan kita akan sakit jika memaksa bergabung dengan hujan
♥ biar aku yang bicara dengan saudaraku disana.
■■■■■
Pembicaraan hati dengan hati
♥ dia menyukai hujan, kenapa kamu melarang?
♥ karena dia akan sakit jika memaksa hujan-hujanan
♥ ya Tuhan, Cuma sebentar
♥ itu tetap akan membuat dia sakit, bibirnya saja sudah biru, mukanya pucat
♥ maka biarkan dia mendapatkan yang di sukainya
♥ dengarkan temanmu otak, dia bekerja memikirkan selanjutnya apa yang terjadi jika perempuan itu tetap hujan-hujanan
♥ lagipula Cuma sakit
♥ aku, teman-temanku dan majikanku mengkhawatirkan perempuan itu jika dia sampai sakit.
♥ kenapa?
♥ kami, aku, teman-temanku dan majikanku menyayanginya.
■■■■■
= bagaimana hati, apa saudaramu bilang?
♥ aku sudah bilang pada majikan kita apa yang kubicarakan dengan saudaraku hati disebrang sana, mereka menyanyanginya
= itu pula yang disampaikan saudaraku mata tadi
♥ perempuan ini kesal, ruanganku berantakan lagi.
= saudaramu, saudaraku dan teman-temannya disebrang sana pun menyanyangi wanita ini, bagaimana bisa kita tidak melakukan hal yang sama? dialah majikan kita..
♥ kita bujuk dia….


Terminalperahukertas,desember2010

Minggu, 29 Mei 2011

kita liat saja nanti-2

kita liat saja nanti, apakah ada yang membakar gubukku jelas-jelas pada waktu subuh gara-gara aku bermimpi (sajak subuh sapardi)
atau menyediakanku gubuk lain sehingga aku tak perlu pulang ke gubuk lama
membujuk halus.

kita liat saja nanti, kemerdekaan ini

kita liat saja nanti, apakah ada perlawanan yang mati (atau justru berhasil).

kita liat saja nanti, habis bagaimana lagi.

sajak-sajak kecil tentang cinta

sapardi djoko damono

SAJAK-SAJAK KECIL TENTANG CINTA
Mencintai angin, Harus menjadi siut
Mencintai air, Harus menjadi ricik
Mencintai gunung, Harus menjadi terjal
Mencintai api, Harus menjadi jilat
Mencintai cakrawala, Harus menebas jarak
Mencintai-MU, Harus menjelma aku


bagaimana jika ada yang memindahkan cinta kelain tempat, memalingkan hati ke lain tempat, harus bagaimana.

kita lihat saja nanti

Untuk Mamaku Tercinta

Mama yang tercinta
Akhirnya kutemukan juga jodohku
Seseorang bagai kau
Sederhana dalam tingkah dan bicara
Serta sangat menyayangikuMama
Burung dara jantan nakal yang sejak dulu kau pelihara
Kini terbang dan menemui jodohnya

Mama
Aku telah menemukan jodohku
Janganlah engkau cemburu
Hendaklah hatimu yang baik itu mengerti
Pada waktunya
Aku mesti kau lepas pergi

itu puisi nya rendra

bagaimana kalau papa.

Rabu, 18 Mei 2011

Hari ini ku akan menyatakan cinta

(Hari ini ku akan menyatakan cinta..nyatakan cinta
Aku tak mau menunggu terlalu lama...terlalu lama)

memang seharusnya tidak melalui prosesi yang berlebihan seperti ini,
Dan lagi pula itu Cuma barang, bukankah cinta lebih indah wujudnya?
Itu bukan simbol, itu bukan pertanda,

Bukan hanya saat bersama-sama merasakan cinta, tapi ketika nggak bersama pun, bukankah itu dapat kita rasakan?
Hanya beberapa hari, beberapa hari untuk latian....

Sebab....
“Kelak kau kan menjalani hidupmu sendiri
Melupai kenangan yang tlah kita lalui
Yang tersisa hanya aku sendiri disini
Kau akan terbang jauh menembus awan....”


Karena rasa kehilangan hanya akan ada
Jika kau telah merasa memilikinya
(tak mampu melupakan meski sudah tak ada, Batinku trus merasa tetap memilikinya
Pernahkah kau mengira kalau dia kan sirna, Walau kau tak percaya dengan sepenuh jiwa)

Pernahkah kita siap meski sudah mengira akan hal ini? Pernahkah kita siap meski sudah mempersiapkannya, tapi seorang bijak dari tanah UI sana berpendapat bahwa itulah caraNya mengajarkan hidup..
Jadi sebelum semua pergi, aku menyatakan ini.
Niatnya si mau menyebutkan nama-namanya, tapi gak usahlah ntar ada yang Ge-eR.

Sleman.AlienAngin.16 Mei 2010. Mahrib sudah tiba, yuk mahriban......

ambilkan bulan Bu

Ambilkan bulan Bu, yang slalu bersinar dilangit
Dilangit bulan benderang cahyanya sampai ke bintang
Ambilkan bulan Bu, untuk menerangi tidurku yang lelap dimalam gelap



Kenapa tiba-tiba menulis ini?
Karena baru menyaksikan seorang bapak menyanyikan ini untuk anaknya, harusnya si, anak yang yang menyanyikan ini untuk ibunya.

laboratorium lampu merah

Allah selalu dengan rencana terbaikNya. Gagal pergi karena syuro dipagi buta di hari libur, diganti dengan sehari mengagumkan bersama lebih banyak orang.

Agak berlebihan kalau dikatakan ini perjalanan mengelilingi Jogja, sebab bukan sejagad daerah Istimewa Yogyakarta kejamah semua, sebab juga bukan kota Jogja kejamah semua, nyatanya ke Sleman iya, ke Bantul juga, dekat-dekat atau malah udah masuk Kulonprogo sana.

Rumus bepergian paling canggih adalah Lampu Merah Belok Kiri, kalau nggak ada belokan kiri atau memang harus belok kanan ya ngikutin lah
.

Bukan saja hari ini, tapi pergi dengan rumus lampu merah belok kiri kerap kali tak lakuin kalau sedang bosan, tapi padahal hampir pada setiap hal bosan, kelamaan kuliah-bosan, kelamaan syuro-bosan, kelamaan sibuk- bosan, kelamaan santai-bosan, kelamaan sendirian-bosan, kelamaan bareng2-bosan, kelamaan marah-bosan, udah lama banget gak marah-bosan, kelamaan libur-bosan, kelamaan ada tugas-bosan, asal nggak kelamaan muslim njuk bosan, jangan sampaiiiiiiii!!!!!!!!!!.

Rumus lampu merah belok kiri ini juga harus disertai semangat untuk menyambut lampu merah, jadi, kalau ada lampu hijau udah mepet untuk kondisi-kondisi seperti ini, jangan buru-buru, tunggu sampai dia benar2 benar lampu merah, pasti lebih seru, takut tangan lebih item? Hih gak seruuuuuuu.....menikmati lebih lama lampu merah yang mmm misal 92 detik itu, kita jadi lebih lama bisa dengar pengamen, kita jadi bisa lebih lama ikut ngaca di kaca mobil sebelah atau depan, kita bahkan bisa ngobrol sama pengendara yang ikut berhenti dilampu merah, atau bahkan wiwit pernah mengutarakan, kalau ada pengendara lain disebelah kita berhenti pas lampu merah itu boncengannya kosong, barangkali kan kita bisa tukeran boncengan.

(sebenernya sensasi paling menyenangkan dari lampu merah, adalah perasaan “kita nggak sendiri” ada yang lain juga yang lagi ngantri, atau perasaan “hellooo, siapa sih lo!” yang mungkin muncul dari benak oranglain, iya ya, siapa sih saya?, ayo cepetan cari tau siapa saya-maksudnya memerintah diri sendiri-)

Atau lebih lama dilampu merah, atau tepatnya lampu merah yang lebih lama, ngayem-ayemke ....jadi dulu pernah jualan bunga mawar ikutan anak-anak IMPP(ikatan mahasiswa pelajar pemalang di Jogja) untuk gempa padang, , jualan bunga mawar itu, kalau lampu merah Cuma 15, serba terburu-buru, kalau sampe 92 detik kan lumayan, laku banyak juga. Waktu itu si jualannya di perempatan Gramed, perempatan kenangan, tempat pertama kali saya yang udik ini ditilang, gara-gara tidak tau bedanya lampu merah untuk kekanan dan lampu merah untuk lurus dari arah Galeria. Perempatan yang membuat saya yang udik itu harus muter Jogja dulu bersama transjogja gara-gara nggak tau bahwa kita harus turun dishelter sebelum perempatan dari arah bunderan UGM jika mau ke BTN. Perempatan yang ada Gramed nya –tempat saya yang sekali lagi udik ini berdiri di lantai 3 dan memandang jalanan saat hujan, melalui kaca, dalam waktu yang lama-.

Lebih lama dilampu merah membuat kita kebagian jatah masker labih banyak-ini dilampu merah sagan-, dari arah UNY menuju pom bensin Sagan kan ada lampu merah, waktu jaman hujan abu yang romantis itu, dilampu merah menuju kebarat dapet masker dari Farmasi UGM, masih dari fakultas yang sama ketika berbalik dari arah bunderan UGM menuju Sagan, dapet masker lagi, dan sampe sekarang masih.

Karena lampu merah juga, jatah nasi sisa banyak dari acara-acara dikampus itu bisa terbagikan. Itu si suatu saat yang dulu banget, makan sama anak jalanan.

Yang paling akrab sama topan adalah lampu merah gejayan kolombo, disitu ada peminta-minta kecil yang rambutnya lucu, keriting....ada sekumpulan anak, mm 13 taunan mungkin ya, yang kadang mainan antar sesama mereka, jadi banci-bancian. Disitu ada pengamen yang suka itu lho, mainan apa gak tau, beneran waktu itu sampe duduk tak perhatiin, dia mainan apa si, tapi dia menang, ya selamat! Dia menang dengan tidak mau memberi keterangan lengkap mengenai permainannya, selamat!!!

Oh ya, di lampu merah itu, agak ke belakang dikit, pengalaman di panggil-panggil sekelompok orang mabok jam 3 pagi, waktu jalan menuju rektorat, gerimis-gerimis. Dilampu merah itu juga, pengalaman jalan kaki disamperin om-om pake motor. (yang ini pelajaran untuk nggak lagi pergi malam-malam, -berarti boleh pulang malam-malam?-)
Dilampu merah juga, akhirnya sadar kalau teman seperjuangan bersepeda pagi, hilang, karena asyiknya bersepeda pagi setelah shubuh itu, jadi semua lampu APILL sama sekali nggak ada gunanya, sudah tempo kayuh yang menurut pribadi pelan, tapi ternyata mbak wik harus ketinggalan juga, dari lempuyangan sana sampe Sagan nggak ngrasa kalau udah sepedaan sendirian, asyik aja, kayuh kayuh kayuh, setelah lampu merah sagan, udah lumayan siang jadi lampu merah harus dipatuhi, ditanya sama mas-mas naik mobil tentang arah jalan solo, baru deh sadar kalau sedang sepedaan sendirian.

Ada banyak lagi si kisah lampu merah, tapi semakin banyak yang diceritakan, semakin akan membuat saya terlihat udik, terlihat tidak sholihah, terlihat banyak nggak benernya.

Pesennya: jangan menggerutu pas kena giliran lampu merah ya, barangkali ada SMS penting yang harus segera dibales(hadu, maaf pak polisi), barangkali inilah waktunya sodaqoh......sodaqoh....(hadu, kan gak boleh ngasih2 dijalan gitu), barangkali itulah 2 menit kita bisa lihat sekeliling kita, Cuma dua menit, barangkali juga kamu semua lagi nggak cantik atau ngganteng, jadi bisa ngaca dulu.......hehehehehehe............


Sudah-alienangin.Jogja.taman kuliner.16.58

Selasa, 17 Mei 2011

nanti itu.....




Kelak kau ‘kan menjalani hidupmu sendiri

Sabtu, 14 Mei 2011

another cinderella strory

terketahuilah pada suatu senja....
tinggalah dalam istana alam yang indah seseorang yang bukan cinderella.


bersambung

macam-macam jam lucu

sedang memilih bentuk terbaik jam dinding untuk kamar saya nanti....
maka berjalan-jalan di gallery mbah google
saya menemukan gambar gambar ini

































hahhhhh.....saya sreg dengan semua itu.....

Selasa, 03 Mei 2011

Andhe pun memilih , Kamu?

simak cerita sebelumnya dihttp://www.facebook.com/note.php?created&¬e_id=10150168505351456.

..............
Andhe memilih Klenthing Kuning yang nadyan ala tapi menika kang putra purun, itulah yang diinginkan si Pangeran Andhe, seseorang yang tidak mau disebrangkan yuyu kangkang, seseorang yang menjaga dirinya sendiri, seseorang yang enggak mau dirinya disentuh oranglain-ehm,bukan mahrom maksudnya-.

Lebih dari sekedar disentuh-menyentuh, Klenthing Kuning, Andhe-Andhe Lumut dan laki-perempuan pada umumnya, seenggaknya, mmm, harusnya ding, menjaga pergaulan antaranya, enggak bersentuhan sebagai salah satu contoh kecil dari paugeran ageng menjaga pergaulan. Islam telah mengaturnya (woiiiiiiiii, udah ada kaleeee), rasanya budaya juga mengaturnya, bahkan ditanamkan sejak dini melalui tembang dolanan seperti itu (yang saya kenal sejak lama).

Islam punya aturannya, Jawa (sebagai Budaya) punya pembiasaanya sejak dini.

Jadi, kenapa masih saja meletakan Islam sebagai box yang jauh dari budaya -sekaligus dicurigai- ? Kenapa masih memandang Islam sebagai utara jika memang budaya itu selatan?
(yang terakhir ini meragukan)

menuju bubat

babak III

Seharusnya, dengan kondisi minimalis kafilah sunda di Bubat, pernikahan itu bisa saja langsung dilaksanakan, tapi Gajahmada punya kehendak lain, serahkan dulu Sunda baru ada pernikahan….
Tidak ada pernikahan tanpa penyerahan Sunda terlebih dahulu
(posisinya kemudian : Sunda bukan bergabung karena pernikahan, tapi menyerahkan diri )
Linggabhuana ayahanda Citraresmi menolak, Gajahmada murka dan menyerang pasukan keletihan di Bubat dengan sepasukan majapahit yang terkenal tangguh tersebut.
Linggabhuana tewas. Gugur dalam perang.
Istrinya, bunuh diri
Dan putrinya, melakukan hal yang sama….

Hayamwuruk, memang benar cinta terhadap dyah pitaloka citraresmi tersebut, kematian perempuan cantik tersebut membuat hatinya bersedih, apalagi setelah tau bahwa perang Bubat terjadi atas itikad kuat sang patih dengan palapanya.
Sedikit marahnya Hayam Wuruk membikin GajahMada agak mencelos sedikit ketenangannya, sampai akhirnya ia dikabarkan moksa.
Hayamwuruk memang raja, tapi ia adalah satu tim dengan GajahMada, tanpa GajahMada apalah jadinya hayamwuruk….
Ini yang membuat kondisi majapahit juga tidak sebaik sebelumnya.
Kalau saja Hayam Wuruk mampu menahan pandangannya – namanya gadhul bashar-, mungkin wajah pitaloka tidak sempat membayang…
Kecil, karena cerobohnya mata hayamwuruk menjalar ke keinginan menikahi putri Sunda tersebut yang tidak sejalan dengan sumpah sang patih, rekan satu tim nya. Andai saja sejak awal, mereka- gajahmada dan hayamwuruk- menjadi satu tim yang saling mengenal hati juga, lebih dalam terhadap keinginan menepati palapa dan keinginan mempersunting pitaloka.

masih Hayam Wuruk -menuju Bubat-

lanjutannya
............
Majapahit memberikan opsi,
Serahin putrimu, sekalian menggenapkan sumpah palapa gajah mada
Atau nggak nyerahin, tapi diserang dan tentu saja palapa tetep genap.
Dengan pilu, linggabuana setuju, demi rakyat, lhah daripada diserang.
Pitaloka, selayaknya remaja-remaja yang cintanya sok tumbuh semena-mena, mendadak dan labil, enggak mau tetepan dinikahi sang raja, tapi
“Demi rakyat nduk!”
Jadi putri nggak selamanya enak, harus tanggungjawab juga sama keselamatan rakyat.
Pitaloka setuju.

Khitbahan Hayamwuruk datang tanpa melalui proses taaruf, rasanya lukisan Saniskara cukuplah menggambarkan pesona ayunya Dyah Pitaloka Citraresmi.

Seluruh Sunda diboyong melalui jalan laut menuju Majapahit, Sunda sepi, jauh
sebelum bandung lautan api.

Rakyat sunda, entah bagaimana perasaanya, karena sunda kerajaan kecil, sudah putrinya diminta, disuruh mengantarkan pula, sistem yang aneh, mana-mana pula yang ada adalah laki-laki yang datang pada wanita, dibiarkanlah jatuhcinta hayamwuruk membikin dyahpitaloka keraya-raya dalam mabuk laut yang ngenas, demi menyerahkan diri, dimana akhlak Hayamwuruk itu? Hehe (peace)
(Itukah pula yang menjadi dasar banyak perempuan keraya-raya? Biarlah toh, Kartini tetap mempunyai andil besar untuk perempuan sekarang ini -nggak nyambung-)

Mendarat ditanah Majapahit, seluruh pasukan Sunda mendirikan camp, seperti tenda-tenda yang didirikan kafilah Husain di Karbala, karena dicamp itu pulalah mereka semua gugur, Bubat bak Sahara Nainawa.

GajahMada, berapa jempol berhasil kupinjam untuk mengacungi dan memberikan pernyataan bahwa sumpahnya luarbiasa, maka jiwa palapa itu tergiur dengan keadaan sundanese di Bubat, Keadaan yang luarbiasa terik, kehabisan bekal, panas, walau tidak separah kafilah Hasan, kafilah sunda masih beruntung punya sumber air, mereka hanya berencana awal mengantarkan putri mahkota yang kini telah menjadi raja, karena sepanjang perjalanan, Linggabuana ikhlas lengser keprabon, menyerahkan mahkotanya kepada putri semata wayangnya, agar hati rakyat lebih berterima.
Agar terkesan dimata rakyatnya adalah pernikahan raja dan ratu, padahal keinginan terbesar gajahmada sebagai patih pemegang janji palapa tersebut adalah penyerahan dengan sukarela sunda kepada majapahit.

akibat tidak bisanya hayamwuruk itu bergadhulbashar -

13 April 2010 jam 10:29
Dahulu-dahulu kala ada seorang pelukis, seperti halnya keenan dalam perahukertasnya dewi dee yang hampir selalu melukis karena satu inspirasi kecil dari buku jendral pilik, Saniskara juga gitu, tapi inspirasi mahakaryanya adalah Dyah Pitaloka Citraresmi, kekasihnya.
Digambarlah dengan sukacinta, wajah sang kekasih. Selesailah, entah bagaimana kejadiannya, lukisan Saniskara –yang konon sepertinya seorang abdi- itu diliat sama Hayam Wuruk, mana bisa nggak jatuh cinta Raja Ha-we itu, gambar itu dibuat dengan cinta yang berbunga-bunga, pastilah hasilnnya juga berbunga-bunga.
Enggak puas Cuma lukisannya, adatnya penguasa yang aneh, harus dapet pitalokanya, padahal pitaloka pacarnya Saniskara.
Dirembuglah kepinginan supaya pitaloka cumondhok di Majapahit, seantero majapahit sepatu, tapi Pitaloka jelas enggak,
“apa-apa’an?!”

Linggabuana, sang ayah dari pitaloka pun sakjane wegah memberikan putranya, ning yang minta itu raja yang posisinya hampir menguasai nuswantara e, nulak pun gak bisa apa-apa.
Dilanda dilemma besar, Linggabuana, ayahanda Pitaloka. sementara Gajahmada yang bertekad baja terus merangsek sunda agar mau menjadi bagian nusantara, jadi teringat pemaksaanya Yazid agar Husain bin Ali mau membaiatnya, (samakah posisinya?), tidak seperti cucunda nabi tersebut, Maharaja Linggabhuana hanya merasa kecil dibanding nusantara yang besar, sementara gejolak jatuh cinta HayamWuruk tak bisa terbendung, akibat dari gagalnya hayam Wuruk bergadhulbashar hingga wajah Pitaloka membayang terus.

bersambung........

Kamis, 28 April 2011

angin ribut dan alien: pensil itu.

angin ribut dan alien: pensil itu.

pensil itu.

Bertemu bintang lagi,, nggak tau ini pertemuan yang keberapa, tapi aku ngrasa sudah lama melupakan bintang, teman ngorbolku, satu-satunya mungkin.Dia membalas sapaku enggan, dia kemudian menceritakan lagi apa yang telah dibrifiengkan sore tadi.

Ini tentang…….
Anak perempuan yang dalam duskripnya hanya punya pensil dengan motif yang rata-rata hampir sama, kenapa dia tidak punya penghapus?kenapa dia tidak punya bolpoin?. Bolpoin lama-kelamaan ia lupakan karena menggambar diharuskan memakai pensil (entah siapa yang mengharuskan, tapi itulah awal). Apa yang terus-terusan bersamanya, kemudian itulah yang Ia sukai, terlebih dia berpikir pensil lebih lembut bersentuhan dengan kertasnya. Apa yang selama ini terus-terusan bersamanya, dia pikir itulah miliknya.
Dia selalu menggambar, menulis, banyak hal, ketika goresanya salah, dia hanya akan membenarkan dengan goresan lain, dia perindah dengan pensilnya, masih dengan pensilnya.

Jadi, dia tidak pernah menghapus gambarnya?

Buat apa dihapus? Itu yang sudah digambarnya.

Tapi, jika itu salah.

Dan dia memperbaikinya dengan goresannya lagi. Atau dia bisa menambahkan tulisan kalau memang gambarnya jadi tidak jelas, untuk menerangkan. Yang punya penghapus itu Tuhan.

Dia pikir semua yang telah digoresnya itu ya sudah tergores, jika goresan itu salah ya dia perbaiki dengan goresan lain, untuk membuat itu lebih baik, mungkin dia memang tidak bisa lupa dengan apa yang dinamakan kemarin dan dahulu, itu memori, itu sudah terjadi, kita tidak mungkin kembali ke halaman sebelumnya, karena sedetik yang lalu pun tidakkan ada keduakalinya .

Lalu, kenapa hanya Tuhan yang punya penghapus.

Kertas yang dilukai dengan goresan yang salah, atau orang yang melihat membaca goresan yang salah, mungkinkah punya kuasa menghapus goresan itu? Mungkinkah meski itu goresan yang terjadi sedetik lalu. Mungkinkah kita kembali kepada sejam yang lalu dan membuat seseorang tidak perlu lahir?dan membuat sebuah kesalahan tidak perlu ada?

Lalu, kita menyadari itu salah…..

Iya, lalu penggores menyadari itu salah, dia gores lagi garis, titik, arsiran untuk memperbaikinya,

Iya, seorang pernah berkata, ada niatan, janji dan tindakan untuk perbaikan, lalu kertas yang tergores pasti akan memaafkan

Tepat

Tapi goresan itu masih tetap ada, terasa(aku menyahuti bagian ini dengan cepat, secepat kilat menyambar)

Iya, seperti noda kopi yang kamu ceritakan dulu.

-Aku tersenyum sedikit, getir mungkin.- itukah sebabnya anak perempuan itu punya puluhan pensil?

Bintang diam. Cukup lama.

Boleh aku berkenalan dengan anak perempuan itu?

Bintang diam.

Dia dimana? Dibelahan bumi yang mana?

Bintang diam.

Dia kehilangan semua pensilnya.


Sudah hampir fajar. Bintang malam yang paling terang itu makin lama menyurut, Di timur kejora mulai bersinar, seterang bintang malam dilangit utara yang mulai pulang.

Kejora, kenapa dia kehilangan semua pensilnya? apakah dia kehilangan sesuatu yang terus-terusan bersamanya?

Bahkan membuka duskripnya saja dia tidak mampu, sekarang.

Dia kenapa?

Aku tidak tau.

Jumat, 08 April 2011