Rabu, 20 Juni 2012

takkan rusak susu sebelanga, karena nila setitik

‘mbak, nila itu kopi ya?’
“?’
‘ karena nila setitik, rusak susu sebelanga’
“o….misalkan dea punya susu satu gelas gede, trus dea kasih apa gitu yang pait, meskipun itu dikit, susu dea bakalan jadi rusak,susu dea bakalan jadi gak enak”
“….oooo…”
--------------------------------
‘ma, dea mau minum susu’
5 menit berlalu, Dea datang
‘mbak…’
Hadir Dengan satu gelas susu, dan segelas penuh berisi kopi bubuk, serta satu sendok the.
Peragaan pun dea lakukan seperti halnya pak tarno.
‘satu gelas susu, sedikit kopi’
Diaduklah segelas susu itu, dengan sendok the, dea memandangi gelas itu, kemudian memutar kepalanya kebelakang, dan berkata
‘dea masih mau minum’
Glek! Satu teguk
Glek! Dua teguk
Glek! Tiga teguk
Glek! Empat teguk
Glek, glek, glek, glek,
Habis…
‘’..dan rasanya susu kok mbak’

‘ ?????????????????????’

--------------------------------
Apakah dulu aku ngantuk pas diajar bahasa Indonesia bab peribahasa?
Atau jangan-jangan aku sudah amnesia, sehingga lupa, kalau tidak pernah ada peribahasa karena nila setitik rusak susu sebelanga, atau lupa apa arti peribahasa itu.
Atau seiring perkembangan jaman, peribahasa sudah memperbaharui maknanya sendiri?
Kalau benar aku amnesia ya, trus siapa aku?
Jangan-jangan kurikulum yang berubah, bikin peribahasa juga menggeser maknanya sendiri, saking sibuknya semua orang, gak ada yang bantuin nggeser. Makanya itukah ada kuliah kajian kurikulum??
Entah yang bener yang mana
1. Gak pernah ada peribahasa itu

2. makna peribahasa itu, emang udah berubah



Percakapan gamma dan aku
‘ ‘ kayaknya ini pait deh…..’’
‘’ ha? Kopinya ya?’’ responku pada pertanyaanya
‘’ kira kira si begitu ‘ timpal gamma
‘’ gimana dong?’’ bloon plus panic kulontarkan pertanyaan
‘’ kamu TK gak pernah lulus ya? ya biasa aja si, masih punya susu bubuknya kan?’
‘’ masih banyak,’’ jawabku berusaha polos
‘’ ya udah, tambahin aja, kopi susu nya kan jadi gak begitu pait, selama masih ada susu bubuknya, ‘’
‘’ selama pabriknya susu bubuk masih buka ‘ timpalku
‘’ selama sapinya juga masih ada ‘’ dia berusaha melucu
Kita. Ketawa blo’on.




Aku jadi curiga pada diri sendiri, tidak pernah lulus TK, itu jangan-jangan fakta
tapi setidaknya kami masih punya susu bubuknya, kami masih sangat punya banyak susu bubuk,
Dan kami berencana membeli susu bubuk seminggu sekali.
Dan kami akan mencari dimana kami meletakkan simpanan susu bubuk itu, jika suatu kali susu kopi tradisional kami, kepahitan, karena kopi.
Kalau memang kata Dea ada benarnya, kopi itu nila. Nila itu kopi.
Kalau memang nggak ada benarnya, setidaknya kami punya cara mengatasi susu yang kepahitan karena kopi, -cukup memperkuat, kalau aku memang lulus TK, lulus TK, dengan cara pikir seperti itu, akhirnya, menyedihkan-
--------------------

Lea : masa gini
Aku : harusnya?
Lea : susu putih emang sehat, tapi enek, bikin enek, taruhlah kopi dikit
Aku : ha?
Lea : eneg kawan….kasih kopi dikit lah….
Aku : kita pernah membaca referensi yang sama nggak si mengenai dampak buruk kopi, atau jangan-jangan Cuma aku yang pernah baca, kamu nggak….?
Lea : iya, waktu itu kita sama an kok bacanya, diwarung kopi…he
Aku : ……
Lea : he,bengong kenapa? Gak suka kopi?

-------

Baru mikir,dan mempertanyakan, apakah ada warung kopi yang cukup representative untuk dijadikan tempat membaca buku bersama, sekitar sini?

-----

Menunggu teman, diruang tamu, ibunya temen, datang dari dalam menuju ruang tamu, cuaca sedang tidak baik, sangat dingin dan sangat cocok minum kopisusu panas.
‘’ silahkan diminum kopi susunya ? “
“ ???????????????” bengong
Kemungkinan jawaban yang tidak mungkin diucapkan ;
  1. “ maaf bu, gak suka kopisusu karena kopinya pait ‘
  2. “boleh bu, saya minta dibikinkan lagi kopisusu yang gak ada kopinya”
  3. “bu, saya boleh minta susunya lebih banyak? Soalnya saya nggak suka ada kopinya gini, dan kopinya itu brasa banget…”
  4. “ bu, mending saya pulang saja, dari pada minum susu, pake kopi gini “
  5. ”saya alergi kopi susu bu, maaf”
Paling2 jawaban terakhir , agak lumayan.
Akhirnya
‘’ iya bu….terimakasih
Glek
Glek
Glek!
….”
-----------

Kalau saja ibu itu tau bahwa dea bilang, kopi itu nila.
Tapi kopinya sudah terlanjur masuk kedalam susu, hidangan lengkap, tersaji begitu saja, satu paket, nikmatin aja, dari kebiasaan belanja susu bubuk, kita tau kalau rasa susu lebih enak daripada kopi.


-----

Karena nila setitik, rusak susu sebelanga.
Menurutku, tidak kan rusak susu sebelanga, karena nila setitik.
Maaf.tapi biar kujelaskan.
Kejadian Dea ada benarnya, ‘rasanya masih susu, mbak’
Dea, gadis kecil, baru genap 10 tahun, anak kecil itu mudah sekali begitu, dia tidak akan terbebani karena kopi yang sedikit, dia tidak akan mendendam karena nila yang sedikit, karena dia masih merasa, itu rasa susu.
Tapi Dea sadar, dalam susunya yang masih berasa susu, ada kopi sedikit,
Seharusnya mbak nya Dea sadar kalau dalam segelas kebaikan yang ternyata masih berasa manis, ada kesalahan, sedikit. Tapi masih berasa susu.
Temenku, Gamma, yang santai bukan main itu, yang dipastikan lulus TK dengan baik. Memberi tahu, kalau memang kopisusu/susukopi itu kepahitan, kita kan tau dimana letak susu disimpan, selama masih ada pabrik susu bubuk, selama masih ada sapinya. Kita kan tau, masih punya persediaan susu.
Gamma, sebenarnya pengin bicara, kalau hampir semua yang berasa dimulut kita itu pait, kalau hampir semua yang dikecap hati kita, itu pahit karena kesalahan seseorang, kita kan tau, dimana membeli susu, gimana cara nambahin susunya lagi, kita kan tau kebaikan-kebaikan seseorang tersebut, kita kan tau gimana cara nambahin memori tentang kebaikannya, dalam ‘otak kopisusu’ kita, kenapa repot sekali si.
Lea, dia kenapa si?
Ternyata bagi Lea, susu putih itu juga enek,
Lea juga manusia kan?
Ternyata dari Lea, susu akan berasa susu, jika ada sedikit kopi didalamnya,
Susu akan berasa ‘susu’, setelah kita tau pahitnya kopi,
Selama dia selalu minum susu, tanpa merasakan kopi, mana pernah Lea tau kalau susu itu manis, karena nggak tau ada kopi yang rasanya beda sama susu, pahit
Selama itu saja yang kita dapatkan, kita nggak pernah tau itu kebaikan, kalau kita tidak pernah tau yang itu to yang keburukan.
Selama kita selalu mendapati orang dengan kebaikannya, mana kita pernah tahu kalau itu benar-benar kebaikannya, tanpa kita tahu keburukannya.
(tapi, bagian ini meragukan)
Ibu temenku, memaksa ku melihat orang, dalam satu paket, dia pasti punya kebaikan, dia pasti punya keuburukkan, satu paket dalam satu orang, dan disajikan dihadapan kita, sebagai teman kita mungkin, sebagai kakak kita mungkin, sebagai suami, istri kita mungkin, orangtua, ayah, dosen, murid, sahabat, bahkan saudara kita.
Dan jawaban konyol dalam list diatas tidak mungkin kita ucapkan, apalagi ketika list diatas kita gubah begini
  1. Maaf Tuhan, gak suka orang ini, karena dia jelek
  2. Bolehkah Tuhan?, saya minta dicarikan temen, yang gak ada jeleknya, tapi dia tetep manusia
  3. Maaf Tuhan? Bisakah dia selalu lakukan kebaikan, soalnya saya tidak suka dia jika melakukan kesalahan, apalagi pada saya (emang siapa kita?)
  4. Tuhan,mending saya mati saja dari pada harus hidup sama orang-orang yang melakukan kesalahan.
  5. Tuhan, saya alergi manusia, maaf.
Gedubrak!!!
Konyol kan?
Jawaban itu nggak akan kita ucapkan kan?



Ya sudah, sudah larut, saya akan bilang saja, tidakkan rusak susu sebelanga-karena nila setitik { kejadian kemarin kemarin mengajarkan }



ALIEN (dan keenan, dan leo, dan anginribut, dan spiza, dan kugy, dan Iwe, dan topan, dan tongkat, dan choki, dan malam)
-Untuk ibu kucing dan ibu kodok, ibu konda mendoakanmu dan berterimakasih..triple dungdung-

30 november 2010, bebas teorinya masih diperjuangkan. berulang, tapi tenang susu sebelanga nggak rusak hanya karena nila, biar setitik biar seember.

4 komentar: