Rabu, 27 Juni 2012

kamu tidak peduli


“S”

Gemetar kamu pencet tombol yang menyebabkan huruf itu muncul di layar handphonemu. Berpagi-pagi telah kamu biasakan ini, tapi nyatanya kamu belum dapat melakukannya dengan baik. Kamu seperti orang bodoh yang tetap membakar ujung kainmu padahal kamu tau tubuhmu giliran berikutnya, kamulah orang bodoh itu. Tapi segalanya samar, apakah tabah apakah bodoh, samar, dan kamu tidak peduli. Dia juga.


“e”

Kamu pencet tombol berikutnya untuk huruf kedua. Terbalut mukena tubuhmu baru saja sembuh dari udara yang membentur-bentur dadamu kesana-kemari, dibutuhkan meditasi untuk merapikan hembusannya, kamu tersengal-sengal oleh nafasmu yang salah jalur, setiap paginya. Kamu masih gemetaran, berada diantara batas pergi dan tinggal, sekalipun tidak ada lagi rumah jika kamu tinggal, dan tidak ada tujuan jika kamu pergi. Dan kamu tidak peduli. Dia juga.

“l”

“a”

El, huruf berikutnya, sebelum kamu susulkan huruf a dengan cepat, kamu hanya tidak ingin memberi jeda lama-lama, bagi dadamu yang semakin ngilu. Kamu hanya ingin tau, kamu masih layak menerima radiasi matahari, tanpa konduktor. Tapi siapapun juga tau sepi itu membunuh, jika tanpa siapapun berada dalam jarak yang mampu kamu gapai, kamu akan kuat. Kamu kuat karena kamu berusaha bertahan setiap pagi, tapi sepi menjadi musuh kekuatan, dia rakus memakan semua energimu. Tapi kamu tidak peduli. Dia juga.

“m’

Cukup, berhentilah kamu. Pergilah kamu, cari alasan lain untuk tidak perlu melanjutkan ini. Kami akan tertawa lebih keras jika kamu tersenyum, dan menangis lebih pilu jika kamu bersedih. Gunakan sel-sel otakmu dengan baik untuk berpikir, haruskah kamu memaksa duduk pada kursi yang bahkan sudah tidak mau kamu duduki. Dia barangkali ingin berdebu selamanya. Tapi kamu tidak peduli. Dia juga.

“a”

Kamu terlihat ragu menuliskan lagi huruf ini. Ini berjuta kalinya kamu teringat bagaimana dia menunggu tiga puluh menit di muka pintumu, kamu tertidur. Dan kamu akan membalasnya dengan menunggu 30 juta kali kenangan yang mampir, dan 30 juta kali harapan yang dipatahkan. Kamu mencoba menjadi ajaib ditengah tubuhmu yang berteriak-teriak minta ampun tak sanggup.

“t”

Seperti itu, selalu setiap kamu berencana menyerah untuk keep in touch, ada secuil bagian dari dirimu yang mengaggalkannya. Kamu gagal menyerah, semata karena kamu percaya, dia pada suatu hari akan menyalakan obor-obor di lorong yang kamu jalani sekarang. Lorong yang kehabisan cahaya, waktu teman jalanmu memutuskan melewati jalanan aspal yang jika siang bertabur matahari dan cahaya lampu kota tak redup jika malam tiba. Dan dia masih tidak peduli.

“p” “a” “g’ “i” ......

Kata-katamu bahkan lebih rendah dari dendam, jika dendam saja berbalas, maka kata-katamu tidak, tidak peduli apakah berbalas atau tidak, tidak peduli apakah berbalas sama indahnya ataukah bahasa-bahasa yang melukai, kamu tidak peduli. Dia apalagi

Kamu tidak peduli. Dia apalagi.


1 komentar: