Sabtu, 26 Mei 2012

mengingat kembali; pensil.


Setelah  dongeng tentang pensil dan seorang perempuan yang memiliki banyak pensil disebarkan ke seluruh muka bumi, dongeng itu dibaca oleh seseorang di muka bumi. Seorang baik hati.

Akhirnya dia menemui kami –aku dan bintang2 yang kuajak bicara-, tapi tepatnya aku yang dia tanyai, dia heran sebab apakah perempuan itu tak lagi dapat memegang pensilnya, sehingga tak lagi dapat menggores?.

Aku bingung, aku lupa aku sudah menjawab apa.


Oh iya, pensil  milik anak perempuan kecil itu tumpul, kadang-kadang perautnya tidak dimiliki sekaligus dengan pensilnya. Anak perempuan itu tak lagi dapat menulis. Ah, ya, pensilnya tumpul, itu yang kuingat kukatakan pada seorang baik hati itu.

Seorang yang –kukira dan terus kukira- baik hati itu, yang-maaf- kulihat matanya, seperti terbit matahari yang ingin sekali membagi sinarnya. Dia menyampaikan, agar kusampaikan kepada perempuan pemiliki pensil itu, bolehkah dia menjadi perautnya?

Kusampaikan pesanku pada perempuan itu, dari mata nya terbit bintang timur, yang hendak fajar, bintang yang sering kuajak bicara, ada harapan bahwa cerita akan berlanjut. Dia bersedia,dan tentu saja mengharapkan bantuan itu.

Aku tidak begitu banyak lagi tau, setelah seorang baik hati itu menjadi peraut pensil-pensilnya yang tumpul, dia menarikan lagi pensilnya, dia bercerita lagi, dia bermimpi lagi, dia hiduplagi. Dia bahagia.

Waktu berjalan tanpa kita betul-betul sadari.

Sampai kemarin-kemarin kusempatkan melihat bintang menari, ini tarian lama, cerita tentang seorang anak perempuan yang bukan hanya hampir, seorang anak perempuan yang terjatuh karena tergelincir dari kursi duduknya saat menulis dengan pensilnya. Kakinya terkilir hebat, kursi tempat duduknya patah, -sepertinya baru ada guncangan-, pensil-pensilnya patah.

Aku diam. Ah tapi bukannya dia memiliki seorang baik hati itu?.

Tapi Ya Tuhan, tulisan itu dibuat sudah sangat lama, cerita itu terjadi sudah sangat lama, dan selama itu tidakkah musim telah berganti ribuan kali, tidakkah janji itu bisa berubah?.

Aku tak sabar menanyakan pada bintang, kemana seorang baik hati itu?

Bintang merunduk diam, dia bukan tak tau jawabannya, pasti dia tak ingin mengatakannya.

Bintang malam, mulai hilang. Sebagai gantinya, kejora, sang bintang timur, muncul dan menyapaku.

Kutanyakan kembali kemana perginya seorang baik hati itu? Dadaku sesak.

Seorang baik hati itu sedang pergi, sebentar, dia akan kembali, begitu mendengar kabar tak baik dari seorang yang jatuh dari kursinya

Tidakkah dia bisa kembali cepat-cepat?

Dia akan kembali, dia pasti kembali.

Tidak adakah tanggal saat dia kembali?

Tapi dia akan kembali, dia pasti kembali, temani saja anak perempuan itu, dia menulis ribuan surat yang dikirimkan ke kotak pos yang tidak pernah dibuka. Tapi seorang baik hati itu kembali, dia akan kembali, dia pasti kembali.

Kapan?

Kamu tinggal meyakinkan perempuan itu saja, bahwa seorang-baik-hati-nya akan kembali, pasti kembali..

Saat itu fajar mulai menyingsing. Bukannya memang selalu ada kata kembali.

0 komentar:

Posting Komentar