Jumat, 11 Mei 2012

Cerita tentang bilangan yang lambangnya seperti bross nya Rahma (sadar, kalau judulnya tidak menjual; lebih karena pemilihan nama orang yang mesti tak cantumkan)

Dua bulan lebih kayaknya untuk menamatkan buku ini. Agak ketinggalan kalau baru sekarang baca buku ini, bagi para pecinta sastra. Seperti ketinggalan baca kebebasan wanita, ckckck.... (ngomong2 bukunya pada dimana yak).

Sempat ragu untuk melanjutkan membaca. Pertama kali denger nama penulis ini saat guru SMA ku menyebut Saman.

Bilangan Fu.

Kenapa seperti bross nya rahma?,

brossnya rahma yang ungu itu seperti lambang bilangan fu, yaitu bilangan nol, bukan nol yang matematis tapi nol yang metaforis, katanya nol yang shunya, purna. Nol yang ada sebelum ada numerasi, nol milik penganut agama yang bukan monotheis.

Bercerita tentang Yuda, yang punya kekasih bernama Marja, dan teman bernama Parang Jati. Yuda mahasiswa nyaris DO yang menekuni panjat tebing, tiba saat bertemu Parang Jati, lelaki berjari dua belas, yang membuat Parang jati menjadi mualaf bagi agama baru, agama pemanjatan bersih : sacred climbing. Parang jati yang hidup bersama Saduki klan (isinya 12 manusia cacat) – betapa Ayu Utami menuliskan, dia pasti terinspirasi dari Sadadukh klan-, dan bermain sirkus manusia cacat kesana kemari di bawah asuhan Suhubudi, ayah angkatnya, yang olehnya dimiripkan Bisma –bukan Bisma Smash lho-.

Pemanjatan Yuda dilakukan di Watugunung, dimana pada beberapa malam dia mendapatkan mimpi tentang bilangan fu, yang sama dengan hu. Sedangkan ParangJati adalah mahasiswa geologi yang takkan rela jika batuan kapur diledakan untuk berbagai keuntungan dengan membiayai upacara sajenan warga. Yang memanfaatkan-tepatnya mendapat manfaat tanpa niat mendapatkan manfaat- dari nafas hidup Yuda yaitu bertaruh. Jati membuat Yuda berpindah dari hidup pemanjatan yang melukai tebing menjadi pemanjatan bersih, sulit memang tapi saat sudah dicoba, betapa ada 12 mualaf dari pemanjatan kotor menuju pemanjatan bersih. .

Banyak dikutip cerita tentang Wayang disini, tentang Sangkuriang, tentang berbagai agama timur, konghucu, tentang babad tanah Jawi, tentang Nyi Roro Kidul, tentang kitab perjanjian, tentang Alquran. Dia menyebut dirinya; seperti yang dia sematkan pada tindakan tokohnya Parang Jati, Laku kritik. Kritik bukan anti, katanya. Dibilangnya, kita kan tidak harus mempercayai apa yang kita ketahui .

Ada satu bab, menceritakan pendapat dua orang muda di kampung itu mengenai Nyi Roro Kidul dan pandangan agama. Lupa, bagaimana pemuda satu, banyak menyebut dalil alquran, dan berada pada kubu mengatakan syirik. Yang kedua, dengan nyebut dalil juga, bilang kalau sesajen pada nyi roro kidul mirip seperti kita ngasih uang sama si penjaga hutan, ngasih uang, bukan nyembah, katanya juga.

2 bulan lebih seperti tinggal di watugunung.

Menarik, pernyataan Yuda tentang Marja, ‘belum pernah aku melihat perempuan sekuat Marja’, tidak ingat redaksi berikutnya, tapi Yuda bilang Marja tak perlu membuat dia merasa bersalah karena mengacuhkannya, dia mempunyai energi yang cukup banyak untuk membuat dirinya bahagia, dan itu membuatnya menarik di mata orang lain. , ada beberapa bagian yang saat penulis menceritakan Marja memperjelas bagaimana dia kuat, tapi melalui penggambaran yang agak tidak saya sepakati untuk ditulis disini.

Dan itu, lambang bilangan Fu, seperti brossnya rahma, katanya, ujung-ujungnya yang terbuka menandakan ketidakstabilan, tapi lingkaranya stabil, dia seperti angka 1 yang diputar-putar. Eh, dibilang kalau nol itu lebih ‘oke’ dari satu, yaitu karena 1 itu terbatas, tapi nol tidak

Tapi sungguh bukan berarti jadi sepakat sama ayu utami lho ya, soalnya dia bilang, lupa redaksi katanya, tapi gini,......kalau ingin menilai orang lain, pakai kerangka orang lain, jangan memahami agama-agama timur dengan kerangka monotheis medok dong....

Yang oke banget tu, ada potongan2 berita yang disematkan ditengah2 cerita, beritanya asli dari koran atau internet pada masa itu, dikaitkan dengan ceritanya, misal tentang jaman2 pemerintahan pak harto, trus pas jaman bj habibi dimana ada seorang dari desa itu yang dibiayai kuliah insinyur di luar negri, jaman2 ninja meresahkan dimana-mana –membunuh-, jaman-jaman tegangya militer dan polisi. 4 tahun lho nyeleseinnya, dia bener-bener belajar tentang pemanjatan, baca babad tanah Jawi tu lho –gue aja males!- .

Suka aja sama semangatnya Jati –tentang alam- dan energi pribadi nya Marja, trus tentang lambang bilangan itu dan mengenai makna-maknanya, menarik, menarik bagaimana dia bisa menghayalkannya dan menuliskannya, pasti penguasaan terhadap ilmu asal mula bilangan nol dan numerasinya bagus.

Jadi,....

5 komentar:

  1. sebagai 'orang-yang-disebut-namanya-tapi-tanpa-royalti' saya mau komen

    BalasHapus
  2. Oh, ternyata brossnya rahma (yang dipikiranku seperti bentuk permen) ternyata lebih dari sekedar bentuk permen :O

    BalasHapus
  3. aku juga jadi curiga, lambang itu kan lambang fu/hu, trus itu tentang nol yang metaforis milik agama2 yang tidak monotheis, jangan2.....ayamku....hoho

    BalasHapus