Selasa, 20 Maret 2012

sebuah rumah

Kamu melihat sekelilingmu, tidak ada seorangpun melihatmu, padahal kamu berjalan terseok-seok, mencoba menarik kaki yang dibebat kain putih tebal, tidak seorang pun melihat, karena kamu menutupinya dengan kain panjang.


Kamu kesusahan mencapai tiap tangga menuju sebuah rumah.
Sebuah rumah yang hanya rumah itulah kamu masih percaya untuk masuk, meski kamu sangat merasa diadili didalamnya. Tapi kamu akan sekaligus dipeluk didalamnya.

Sebab jika kamu jauh dari seorang yang memiliki rahim yang pernah kau tinggali, rumah ini akan menjadi rahim yang hangat dengan lantai yang sejuk. Sebab jika kamu terlalu jauh dengan laki-laki yang senantiasa membelamu dalam segala macam kekalahan dan kesakitanmu, padahal kali ini dia tak tau, rumah ini menyediakan energi yang akan menguatkanmu. Sebab jika tidak sempat sebuah pelukan pun ada untukmu, pundakmu yang terguncang karena menangis oleh semua jenis sakit, kamu boleh datang kerumah ini, selonjoran dilantainya, bersujud dilantainya. Rumah Allah. Tidak akan seorang curiga-atau peduli- jika kamu meneteskan air matamu di sela-sela bacaan doamu.

Kamu dapat menghabiskan seluruh kalimat dalam kitab-Nya yang dahsyat, sambil menghabiskan airmatamu. Lantainya tak akan berkhianat padamu, dia takkan bicara pada jemaah lain tentang betapa lemahnya kamu. Tapi sesungguhnya kamu kuat.

Disini , dirumah ini, sebuah energi akan menuntunmu kembali kepada hidup yang sudah kau bangun, barangkali hidup yang pernah sedikit hancur.

Dan besok-besok tetaplah datang kesini, sebab rumah ini dan Pemiliknya yang tidak akan kena mainstream ketika seluruh semesta mengkhianatimu.

0 komentar:

Posting Komentar