Rabu, 14 Maret 2012

di sebuah ruang tunggu

Kamu tetap tidak tau karena didalam. Tidak mengerti keriuhan yang terjadi diluar sini. Tapi disini, aku mulai kesepian. Disebuah lorong yang berujung sebuah ruangan berpintu rapat dimana dipintunya tertulis ‘kamu’ . Pintu yang sejak semenit lalu belum juga terbuka. Sejam dua jam akan mengosongkan kursi diruang tunggu ini, mereka semua menuju kearah exit,
mulanya ribuan yang duduk disini, menunggu pintu itu terbuka dan masuk kedalamnya. Tapi ini sudah lebih dari hitungan bulan, tiada yang sanggup bertahan selama itu. Pintu bertulis ‘kamu’ belum juga terbuka.


Mereka keluar sambil menepuk pundakku memberikan semangat untukku, dia bilang dia telah lelah menunggu. Tinggalah aku dan seorang lain setelahku, dia duduk begitu dekat dengan pintu, seolah ketika pintu itu terbuka, dia yang akan dulu masuk dan memenangkan kesempatan ini. Tapi pintu bertulis ‘kamu’ itu belum terbuka juga, seorang lain setelah aku itu kelihatan frustasi. Sambil menatap pintu sekali lagi, dia bangkit dari tempat duduknya. Apakah dia menyerah? Dia berjalan melewatiku yang duduk dengan tulisan exit. Aku sengaja duduk jauh dari pintu bertulis ‘kamu’. Aku tahu ini jarak yang tepat. Tapi seorang itu menunduk ketika melewatiku, dia juga menapuk pundakku dan berkata jangan menyerah. Saat dia menatapku, aku sempat membaca tag name di bajunya, dia bernama Logika. Aku semakin cemas, aku akankah bertahan. Pintu bertulis ‘kamu’ masih belum terbuka, padahal ini sudah terlalu lama. Tanpa apapun aku bertahan disini. apakah kamu angkuh sekali tak mau membuka pintu, atau jangan-jangan kamu tak bisa membuka pintu?. aku masih diruang tunggu ini.

Saat pintumu terbuka dan tanpa seorang pun membukanya, aku beranikan diri melangkah kedalamnya, tersedia satu kursi kosong disana, menghadap kearah jendela kaca yang disinari matahari. Aku akan menggenggam tanganmu dengan hangat sambil berkata; perkenalkan, namaku Hati.

*logika sudah menyerah sejak puluhan waktu yang lalu. kamu, akulah hati

0 komentar:

Posting Komentar