Sabtu, 03 Maret 2012

Masjidku Kali Ini

Nggak begitu yakin, apa nama masjidnya kali ini, tapi itu bukan mujahidin.




Didaerah mana juga nggak begitu peduli, niatnya try something new, tapi ternyata kebiasaan lama kesasar ternyata tidak bisa melepaskan diri dari pemiliknya.

Untuk kesekian kali sore, aku mengunjungi masjid yang baru lagi. sudah setengah lima ketika aku memarkir motor dekat tukang somay yang berjualan di masjid. Ini karena ketidakgaulan membedakan mana barat dan mana timur, sehingga rute yang dikabarkan lewat sms berantakan sudah,
akhirnya nyasar kesebuah jalan aspal sempit, tapi bagus banget, kanan kirinya ada pohon dan pohonya daunnya menaungi jalan, panjang banget, dikanan kiri ada sawah. Hari hujan waktu itu, dari ujung Jogja menuju ujung Sleman.

Aku belum sholat ashar, tiba diujung jalan bernaung pohon, maka aku asal ambil jalan aja, kiri. Dan tepat setalah belok kiri, ada masjid tiga lantai, nggak begitu indah si, tapi belum sholat ashar, padahal sudah 16.35. udah lah, berhenti disitu aja, lagian kaki sudah gak berasa kaki, jangan2 udah gak punya kaki.

Lantai pertama masjid penuh anak-anak TPA, jam segitu emang bukan waktunya berjamaah sholat ashar, waktunya anak TPA tapi ustad dan ustadzahnya belum dateng alias ribuuut banget.

“nduk, tempat wudhunya mana ya”

Dengan gaya sok kedewasa-dewasaan aku menyapa anak TPA yang kemudian mengantarkanku menuju tempat wudhu wanita. Lantainya krem. Yack, tempat wudhunya masuk kriteria tempat wudhu aman dan nyaman, ada kacanya besar dan memanjang. Lantainya kering, padahal hujan lho, udah lama gak pada wudhu disini kali ya, tapi asli bersih.

Kaoskaki yang udah kaya celengan air itu akhirnya terlepas, yey, kakiku bernafas, dan satu yang lebih penting ternyata kakiku masih ada, walaupun sudah tidak ada darahnya,selonjor.

Kalau ada morning sick, ini juga ada sore sick. Tapi menyenangkan.

“sholatnya dimana nduk?”

Bocah kecil itu menunjuk tempat yang ramai oleh anak-anak TPA

“tapi diatas boleh?”

Dia mengangguk

“yasudah, keatas dulu ya?”

Dia mengangguk

Aku yakin ini masih didunia manusia, karena banyak orang begini, tangga menuju lantai dua megah, dan jarang dilalui tentu, dan lumayan banyak anak tangganya, lantai duanya adheeeem banget. Satu lagi yang penting, lantai duanya memenuhi kriteria tempat tidak sadarkan diri yang nyaman. Setelah sholat selesai, hampir pukul lima waktu itu, hujan diluar tambah deres, akhirnya kubuka laptop dan kucolokkan modem, tapi nyaris tidak ada sinyal, buru-buru kutengok hape, bukan saja batrenya tinggal dikit tapi sinyalnya enggak ada! Nggak ada tulisan INDOSAT sama sekali di hapenya. Tapi kenapa panik, tidak ada yang harus kuhubungi, biarin biarin, menikmati masjid ini dulu. Nggak ada charger hape.

Pelan-pelan kuamati ukiran diseputar plafon, kurang ngerti tentang arsitektur si, tapi ini keren. Jendelanya memanjang kebawah kecil-kecil. Teliti sekali bikinnya. Dan benda hitam yang ada di dua sisi masjid ini mengeluarkan bunyi

Saaantriiiiiii......siap siap siap

Santri santri santri..........................siap siap siaaaap

Selanjutnya mengawang di udara, karena selanjutnya terpaku melihat boneka danbo yang dari kemarin didownload tapi belum sempat tak lihat.



Mencari sandaran, menggunakan jaket sebagai alas duduk dan penutup sebagian kaki, memangku laptop, memijit-mijit tuts keyboardnya, dan lagi-lagi menyerot udara dari hidung yang mampet, dan mulut yang tak bisa mingkem. Kalo begini sebenarnya enak dirumah, dikeloni ibu.

Menjelang mahrib, sebenernya udah mau teriak aja pada diri sendiri, sabar yaaa, pingsannya nanti aja yaaaa, dan alhamdulilah mahrib. Meski nggak ada bedanya si, Cuma punya alpenliebe, tapi jadi langsung inget twit nya ustad yusuf mansyur, ngincer waktu-waktu berbuka, mendadak semua perasaan pengin pinsan pudar, berdoa-berdoa. Agak nakal ya, emang lagi ada yang sangat diinginkan.

Seusai sholat mahrib, seorang ibu disebelahku sholat sunnah, dan, anak kecil disebelahnya ngikutin. Selesai sholat anak itu kuajak ngobrol, ishh, tapi lupa namanya siapa. Lama ngobrol dengannya, baru Tiga taun dia, bajunya kuning beludru-beludru, dulu-dulu dulu punya baju beludru warna coklat gitu, terusan, hihi.

Setelah ibu dan anak kecil itu pergi, pelan-pelan semua orang meninggalkan masjid ini. Sebenernya kalau boleh nginep situ, nginep situ aja, tapi masih mikir, eiy, ini kan kesasar, masih perlu nyari jalan pulang, iya kalau ini emang didunia manusia, kalau enggak?.

Tapi hujan gedhe, ini hujan juga betah banget ya.

Dengan mantol, jaket yang sudah basah, kaoskaki yang jelek banget, dan slayer yang sudah basah, mencari jalan pulang dimulai tepat ketika handphone berbunyi tiga kali tanda matisuri. Ini baru setelah mahrib kan? Kok gelapnya kaya setengah isya.

Nggak tau ceritanya, kok bisa sampai di ringroad deket rumah bunda(mba indah-gamping) setengah sembilan. Tadi nggak sama sekali lewat situ. Nggak tau nyetirnya nglamun apa emang udah muter-muter segitu lamanya atau apa kek, nggak tau.

Tapi itulah cara terbaik dapat tidur nyenyak, terimakasih Ya Allah. Dan masjidnya tadi sumpah bagus banget, tapi kalau ditanya dimana tempatnya nggak tauuuuuu 

0 komentar:

Posting Komentar