Kamis, 05 Januari 2012

seniman kasih sayang

Dalam sepanjang hidup. Aku Cuma kenal 2 orang seniman kasih sayang yang karyanya selalu mengagumkan buatku.

dua, Cuma dua. Aku masih berharap aku kenal tiga, tapi wallahua’lam yang satu ada nggak nanti.

Mereka memiliki seni mencintai dan menyayangi yang mengagumkan buatku.

Yang satu, dalam ketakpernahbicaraannya itu dia menyimpan pelangi. Kalau dia bukan pelangi, lantas kenapa setiap duka dia punya cara menyembuhkannya, tak tertebak warnanya.

Dia bisa saja jingga merona, dia bisa hijau tentram.

Bibirnya miskin kata-kata, tetapi wajahnya selalu punya isyarat yang perlu dua puluh satu tahun
 untuk terbiasa dan menyadari betapa indah tatapan wajahnya.

Sebab dia menatap bukan hanya dengan matanya, tapi segenap wajahnya menatap, maka mungkin beberapa orang saja yang mampu mengartikan kedipan matanya, tatapan yang panjang, sorot kilasnya, senyum kecilnya, bibir terkatupnya, dengus nafasnya, hela nya, alisnya yang naik, pipinya yang mengeriput.

Dia, ada dengan segenap wajahnya yang diciptakan sebagai penawar racun rindutentram. Dan, dia memiliki kedua tangan yang luar biasa. Tangan kasarnya yang sudah jarang kucium itu adalah bukti betapa telah banyak yang dia dayakan untuk orang-orang yang dia sayangi, meski dia harus melakukan hal berat yang melukai tangannya, untuk kemudian tersisa malam dimana dia hanya diganjar tenang dengan membelaikan tangan kasarnya pada dua buah hatinya yang lelap, istri dan anak-anaknya.

Melalui tangannya, bagiku dialah langit yang mengungkungku dalam diamnya yang gagah dan besar, melindungiku dalam jaraknya yang seolah jauh dariku, tapi tidak pernah membiarkanku berduka terluka.

Seniman kasih sayang itu Bapak.

Terimakasih Allah.

Telah menganugrahkanku seorang Ayah yang luar biasa.

Maka aku pun bertrimakasih pula, sebab jika aku memiliki warna pelangi ayahku, aku pun punya matahari.
next posting, he



0 komentar:

Posting Komentar