Sabtu, 21 Januari 2012

membujuk batas waktu

Ini seperti sungai


yang dia tau dia Cuma bakal bermuara ke samudra, tapi dia justru mendamba gurun.

Dan semoga dalam perjalanannya ini, dalam alirnya menuju samudra, dia bakal berjumpa gurun, bukan padang pasir biasa, tapi sahara.

Dan semoga, demi tenangnya dia nanti di samudra raya, semoga aliran ini Tuhan bikin menyusuri sahara yang luas, bukan Cuma lewat, tapi mengitari.


Sampai akhirnya waktunya datang, waktu bermuara ke samudra.

Setelah puas dia diberi waktu mengitari gurun.



Permohonan kecil itu, akhirnya dikabulkan. Aliran air itu semenjak mengenal gurun, kemudian dia kering.

Semua berduka atas sebuah sungai yang kering ditengah gurun karena permintaannya.

Semua kecewa atas sebuah sungai yang kering ditengah gurun karena permintaanya.

Semua, kecuali sungai dan gurun yang membaca tanda lain.

Sungai merasa dia tidak kehilangan airnya sedikitpun

Dan gurun merasa telah mendapat kehidupan dengan air itu, tanpa tau sungai telah kekeringan.

Sungai dan gurun berdampingan dalam jalannya.

Berdampingan dalam kurun waktu yang mereka tidak sadari pasti habis.



Sungai licik, dia sengaja menghentikan alirannya, dengan satu alasan menyentuh yang paling tidak bermutu; selama alirannya terhenti, dia tidak mungkin melanjutkan perjalanannya ke samudra. Dan akan lebih lama berada di gurun. Hingga langit bersedia ‘tidak biasa’; menurunkan hujan digurun.



Sedang mencoba membujuk batas waktu.





Ini cerita agak tidak penting si.



0 komentar:

Posting Komentar