Selasa, 14 Februari 2012

menulislah

Dia mengerdip-ngerdipkan cahayanya ke arah wajahku. Dia membujukku untuk menyentuhnya, sebentar saja. Tapi aku terlalu kenal, bagaimana jari dan hatiku bersekongkol melelahkan mataku hingga pagi buta jika sekali saja seluruh kabel diotakku terhubung baik dan ribuan lampu ide menyala.


Menyentuhnya dan membiarkan seluruh nyala lampu itu dilayani, begitu bersemangat menurutku, akhirnya kelelahan sendiri.

Tapi malam ini, selarut ini,
dia menggodaku dengan musik-musik yang dibunyikannya, dan lampu yang tidak berhenti mengerdip kepadaku.

Aku sangat lelah. Keluhku.

Tapi dia memaksa. Aku tau banyak sekali yang bisa kau tuangkan, kamu sudah kalah.

Jariku mungkin saja mampu, tapi hati sepertinya sedang tidak mau.

Ceritakan saja.

Allah sudah mendengar ceritaku.

Tuangkan saja padaku, amuk aku melalui jari-jarimu, aku bersedia.

Dia menatapku, mengganti musik yang dia putar menjadi lebih halus dan lebih tenang. Because you loved me. Memojokkanku lagi dengan pandangannya. Pasti dia sedang menyihirku untuk menyentuhnya lagi. Akhir-akhir ini memang begitu, karena aku selalu gagal untuk selesai dengan sesuatu yang harusnya memuaskan.

Dia menatapku sekali lagi. Menulislah.

2 komentar: