Rabu, 15 Februari 2012

hey! jangan terluka


Malam ini akhirnya kami selesai bicara, dengan leganya dia tersenyum. Jelas dengan air mata yang terus coba ia seka, karena air mata itu terus mencoba keluar dari matanya. Berkata terbata-bata dia menyukai ini, menyukai memilikiku dan memiliki waktu-waktu seperti ini. Dimana dia menceritakan segalanya, setidaknya memang bukan aku yang dapat menyembuhkannya-sekalipun jika dia terluka-, tapi ada yang dibagi.


Aku mengenali, air mata itu.
Pasti, karena ngilu yang disebabkannya pasti juga sama. Dia berkata dalam senyum yang tentram, bahwa kapan saja dia bisa menangis, tapi lebih puas ketika dia menceritakannya. Aku diam. Untuk mendengarkannya dan tentu saja, untuk tidak terpancing tangis. Dia bertanya, pernahkah kamu. Aku bilang : tidak. Dia bilang, jangan seperti ini. Aku bilang, semoga, doakan ya.

Dia berkata lagi, aku tau aku tau dia terluka. Aku merasakannya. Namanya berempati katanya. Tapi kujaga air muka ku untuk tidak terlalu terlihat tau. Kujaga air muka ku pada tahap simpati. Dia pasti terluka, entah aku lebih atau tidak. Tapi dia sudah menceritakannya. Dan aku telah mendengarkannya. Merasa lega karena dia lega.

Kukatakan padanya : hey, jangan terluka! Dengan kalimat-kalimatku yang berhasil membuatnya menilaiku aneh.

Kami diam begitu lama. Ah diam dan sepi terlalu membikin ‘jatuh’. Kita sebenarnya butuh ramai, kita sebenarnya butuh gaduh, sebeneranya kita butuh teman, dan dia mendapatkannya. Menyenangkan.

Kami akhirnya membuat gaduh yang kering, gaduh yang terlalu dipaksakan untuk ditertawakan. Akhirnya kami membuat teori-teori yang aneh. Kami harus terus bicara, kami harus terus bicara, jangan sampai ada jeda untuk diam. Kita hanya butuh terus bicara, apa saja, tapi jangan diam dan sepi.

dengan sedikit stress kami buat kesepakatan

‘kamu tidak boleh mengajak aku ketemu disuatu tempat, kalau kamu tidak akan datang’ (kesepakatan aneh).

Dan segala hal yang senada dengan peraturan itu, seperti kamu yang wajib menutup pintu kalau kamu yang membukanya, kamu wajib membayar kopi kalau kamu yang memesannya, kamu wajib menyelesaikan satu buku jika kamu memulainya. Semacam-semacam peraturan yang seharusnya tidak perlu diatur kan?

Sebenarnya itu biar kami terus bicara saja. Biar tidak sepi sampai akhirnya inget kalau sedang terluka. Kami sebenarnya perlu terus bicara dan bercerita, bertindak apa saja, sampai melupakan kalau sedang terluka. Kami terus bicara apa saja, karena kami sebenarnya perlu teman saja, dan dia mendpatkannya. Betapa melegakannya.

Bumi menciut, setelah dia kuantar pulang.

0 komentar:

Posting Komentar