Senin, 12 Desember 2011

pelajaran mencintai

Mata kuliah baru nih: pelajaran mencintai
Maaf, tema nya cinta lagi ya,
Sedang penasaran sekali dengan belajar mencintai, bermula dari suatu pagi aku nanya kepada beberapa mbak yang belum nikah, semua mbak dari semua jenis (lho?)
Mbak, mau nggak dipoligami?
Hihiiii, ketebak lah mayoritas jawaban yang muncul apa, meskipun dari dulu tertarik untuk mengerti bagaimana perasaan sebenarnya dari Srikandhi, Manohara, Sembadra dan Larasati tapi kali ini tidak sedang membahas bagaimana itu dipoligami.
Cuman, ada satu mbak yang curiga dan bertanya, Laras kok nanyanya gitu?. Dijawab aja mbak. Nikah aja belum, poligami.
Setelah perdiskusian meja bundar, mbaknya dan aku menyerah pada kesepakatan, kalau kita tidak mesti jadi satu-satunya, iyap! (yeeee, loncat-loncat girang).
 Mbaknya bilang, kalau dia justru nggak sepakat kalau dia dijadikan satu-satunya, lah Allah mau ditaruh mana? Kalau hatinya isinya dia semua. Iya-iya stop, nanti kepanjangan poligaminya terbahas.
Selanjutnya, mundur pada pertanyaan, mbak kapan nikah?mau nikah sama siapa?.
Jawabannya agak gak sinkron ya, yang akhirnya muncul kesimpulan, kalau dia akan mati-matian belajar mencintai, nggak tau dengan siapa dia menikah ntar.
Itu prolog, hihi, panjangnya....
Dapet deh kisah itu dari mana kata-kata belajar mencintai, yang sering dijadikan senjata untuk membuat seseorang memelihara kesehatanya karena harus belajar mencintai diri sendiri juga.
“Ilmu didapat dari belajar, kesabaran didapat dari belajar menjadi sabar, kesantunan didapat dari belajar menjadi santun”. Kalo belajar mencintai? ini bukan cinta mencintai yang kemudian diujungkan pada hubungan asmara ya?Mari kita bikin lingkaran lebih luas tentang cinta.
Lagi belajar-belajarnya tentang mencintai.
Allah menuntun mata dan hati ini untuk ngeliat, bagaimana mencintai yang sesungguhnya.
Nggak bohong deh, kalau aku merinding sepanjang tau langsung kisah itu.
Mencintai itu luar biasa.
Jadi ngebayangin seberapa luas dan berharga hatinya itu, hati seorang pecinta sejati.
Hati yang seperti itu, mana bisa tinggal pada jiwa-jiwa yang ciut.
Hati yang sedahsyat itu pasti tinggal didalam diri pribadi yang kuat.
Kerana energi untuk mencintai semacam itu, besar banget.
Dan untuk terus dapat mencintai sedahsyat itu, bagaimana dia menjaga dirinya untuk selalu seprima itu cintanya?. Menjadi pribadi baik yang berkesinambungan,
itu bukan jawabannya?(jadi kaya mario teguh)
Nggak gampang emang, tapi bukan nggak mungkin.
Itu emang pekerjaan besar, karena selain energi besar yang diperlukan untuk sebuah pekerjaan bernama mencintai, tapi juga resiko besar.
Maka bukan mencintai kalau nggak pake pengorbanan,
dan pengorbanan dari planet mana yang akan mudah?.
Tapi ksatria pecinta sejati, nggak akan keberatan dengan itu,
habisnya dia sudah terlanjur ngerti si.
Konsekwensi pekerjaanya, meski dia yang harus kena pecahan kaca, asal dia bisa memastikan dengan itu yang dia cintai dalam keadaan aman.
Mencintai itu.
Kacamatanya melihat, pengorbanan macam ini selalu indah.
Buat dia, orang-orang yang dia cintai adalah penghuni VVIP didalam gedung hatinya,
biarpun dengan itu dia cuma dapat karcis festival di hatinya sendiri.
Seru ya!. Sekali lagi, siapa dapat melakukan pekerjaan itu, cung!
Hihi, jadi orang kuat yang menyayangi.
Malam melarut, fisik melelah, mata mengantuk, tapi kerenya hati nggak pernah melelah mencintai, yup!.
Bukannya dengan terus bilang, cinta cinta cinta cinta cinta,

Aku baru tau, dan kuberi tau pada semua orang sekarang, rahasia besar,
kalau didalam tubuh pecinta sejati itu ada pabrik.
Pabrik kebaikan yang nggak akan pernah bangkrut.
Siang malam terus dia produksi kebaikannya, siang malam dia distribusikan kebaikan itu.
Yang kadang tanpa balasan, atau justru malah dapat penolakan.
Pabrik milik sebuah perusahaan yang gak pernah kepikiran profit.
yang ada Cuma, mencintai, mencintai, mencintai, memberi, memberi, memberi.
mencintai semacam yang kuliat itu, adalah perasaan apa adanya.
Pelajaran Mencintai itu bukan bab kelas drama lho.
Nggak perlu kamus, karena kalau marah ya marah, kalau nangis ya nangis,
kalau sakit ya sakit, dan kalau sayang ya sayang kesemuanya Cuma berujung satu.
Adalah cinta.
Hihi, udahlah ya....nanti lagi,


Narasumbernya bilang, intinya:................kjtjk.(terimakasih untuk study lapangan mata kuliah mencintai)

0 komentar:

Posting Komentar