Perempuan yang memakai jaket yang tebal itu yang jalannya
terhuyung karena kehabisan aqua yang sebotol kecil
Berdiri saat tikungan pertama berbau sokaraja
Lapangan hijau dikiri jalan dari jogja
Yang dulu diingatnya sebagai tanda
Ah, sebentar lagi sokaraja
Dia tidak membawa oleh-oleh untuk orang tuanya
Dia hanya ingat kalau janji meniupkan nyawa
‘aku akan berjalan pada setapak
kaki, atau selapang bentangan tangan
Di kotamu
Kota yang memiliki senja bernama
doa
Dan memiliki nama serupa harapan
Aku akan datang untuk menutup rindu
dari buku yang barusaja kubaca saat plat kendaraanmu hilang dibalik gemuruh
giwangan
Tunggulah saja dengan senyum yang
membekukan kuah mie instan
Dan mengkristalkan debu terminal
Tunggulah saja sambil membetulkan
senja yang nanti kulihat-lihat dalam parasmu, lagi
Tunggulah saja, karena itu artinya
aku akan datang’
Sokaraja terlihat di bola matanya
Klenteng yang merah menyala membagi suka
Pada mereka yang dicegat di pintu rindu
Pulang kekotanya
Perempuan yang memakai jaket tebal yang berjalan makin
terhuyung karena habis sebotol aqua kecil
Merapikan kerudungnya
Sambil menata rindu pada orang tuanya waktu sokaraja tak
begitu senja
Sedang gerimis menjemput dari arah kotanya
‘kotaku, ada yang datang untuk
melihat senjamu, senja kecil yang bernama doa’
0 komentar:
Posting Komentar