Setelah dongeng tentang pensil dan seorang perempuan
yang memiliki banyak pensil disebarkan ke seluruh muka bumi, dongeng itu dibaca
oleh seseorang di muka bumi. Seorang baik hati.
Akhirnya
dia menemui kami –aku dan bintang2 yang kuajak bicara-, tapi tepatnya aku yang
dia tanyai, dia heran sebab apakah perempuan itu tak lagi dapat memegang
pensilnya, sehingga tak lagi dapat menggores?.
Aku
bingung, aku lupa aku sudah menjawab apa.
Oh
iya, pensil milik anak perempuan kecil
itu tumpul, kadang-kadang perautnya tidak dimiliki sekaligus dengan pensilnya.
Anak perempuan itu tak lagi dapat menulis. Ah, ya, pensilnya tumpul, itu yang
kuingat kukatakan pada seorang baik hati itu.
Seorang
yang –kukira dan terus kukira- baik hati itu, yang-maaf- kulihat matanya,
seperti terbit matahari yang ingin sekali membagi sinarnya. Dia menyampaikan,
agar kusampaikan kepada perempuan pemiliki pensil itu, bolehkah dia menjadi
perautnya?
Kusampaikan
pesanku pada perempuan itu, dari mata nya terbit bintang timur, yang hendak
fajar, bintang yang sering kuajak bicara, ada harapan bahwa cerita akan
berlanjut. Dia bersedia,dan tentu saja mengharapkan bantuan itu.
Aku
tidak begitu banyak lagi tau, setelah seorang baik hati itu menjadi peraut pensil-pensilnya
yang tumpul, dia menarikan lagi pensilnya, dia bercerita lagi, dia bermimpi
lagi, dia hiduplagi. Dia bahagia.
Waktu
berjalan tanpa kita betul-betul sadari.
Sampai
kemarin-kemarin kusempatkan melihat bintang menari, ini tarian lama, cerita tentang
seorang anak perempuan yang bukan hanya hampir, seorang anak perempuan yang
terjatuh karena tergelincir dari kursi duduknya saat menulis dengan pensilnya.
Kakinya terkilir hebat, kursi tempat duduknya patah, -sepertinya baru ada
guncangan-, pensil-pensilnya patah.
Aku
diam. Ah tapi bukannya dia memiliki seorang baik hati itu?.
Tapi
Ya Tuhan, tulisan itu dibuat sudah sangat lama, cerita itu terjadi sudah sangat
lama, dan selama itu tidakkah musim telah berganti ribuan kali, tidakkah janji
itu bisa berubah?.
Aku
tak sabar menanyakan pada bintang, kemana seorang baik hati itu?
Bintang
merunduk diam, dia bukan tak tau jawabannya, pasti dia tak ingin mengatakannya.
Bintang
malam, mulai hilang. Sebagai gantinya, kejora, sang bintang timur, muncul dan
menyapaku.
Kutanyakan
kembali kemana perginya seorang baik hati itu? Dadaku sesak.
Seorang
baik hati itu sedang pergi, sebentar, dia akan kembali, begitu mendengar kabar
tak baik dari seorang yang jatuh dari kursinya
Tidakkah
dia bisa kembali cepat-cepat?
Dia akan
kembali, dia pasti kembali.
Tidak
adakah tanggal saat dia kembali?
Tapi
dia akan kembali, dia pasti kembali, temani saja anak perempuan itu, dia
menulis ribuan surat yang dikirimkan ke kotak pos yang tidak pernah dibuka.
Tapi seorang baik hati itu kembali, dia akan kembali, dia pasti kembali.
Kapan?
Kamu
tinggal meyakinkan perempuan itu saja, bahwa seorang-baik-hati-nya akan
kembali, pasti kembali..
Saat
itu fajar mulai menyingsing. Bukannya memang selalu ada kata kembali.
0 komentar:
Posting Komentar