Sempat
ragu untuk melanjutkan membaca. Pertama kali denger nama penulis ini saat guru
SMA ku menyebut Saman.
Bilangan
Fu.
Kenapa
seperti bross nya rahma?,
brossnya rahma yang ungu itu seperti lambang bilangan
fu, yaitu bilangan nol, bukan nol yang matematis tapi nol yang metaforis,
katanya nol yang shunya, purna. Nol yang ada sebelum ada numerasi, nol milik
penganut agama yang bukan monotheis.
Bercerita
tentang Yuda, yang punya kekasih bernama Marja, dan teman bernama Parang Jati.
Yuda mahasiswa nyaris DO yang menekuni panjat tebing, tiba saat bertemu Parang
Jati, lelaki berjari dua belas, yang membuat Parang jati menjadi mualaf bagi
agama baru, agama pemanjatan bersih : sacred climbing. Parang jati yang hidup
bersama Saduki klan (isinya 12 manusia cacat) – betapa Ayu Utami menuliskan, dia
pasti terinspirasi dari Sadadukh klan-, dan bermain sirkus manusia cacat kesana
kemari di bawah asuhan Suhubudi, ayah angkatnya, yang olehnya dimiripkan Bisma
–bukan Bisma Smash lho-.
Pemanjatan
Yuda dilakukan di Watugunung, dimana pada beberapa malam dia mendapatkan mimpi
tentang bilangan fu, yang sama dengan hu. Sedangkan ParangJati adalah mahasiswa
geologi yang takkan rela jika batuan kapur diledakan untuk berbagai keuntungan
dengan membiayai upacara sajenan warga. Yang memanfaatkan-tepatnya mendapat
manfaat tanpa niat mendapatkan manfaat- dari nafas hidup Yuda yaitu bertaruh.
Jati membuat Yuda berpindah dari hidup pemanjatan yang melukai tebing menjadi
pemanjatan bersih, sulit memang tapi saat sudah dicoba, betapa ada 12 mualaf
dari pemanjatan kotor menuju pemanjatan bersih. .
Banyak
dikutip cerita tentang Wayang disini, tentang Sangkuriang, tentang berbagai
agama timur, konghucu, tentang babad tanah Jawi, tentang Nyi Roro Kidul,
tentang kitab perjanjian, tentang Alquran. Dia menyebut dirinya; seperti yang
dia sematkan pada tindakan tokohnya Parang Jati, Laku kritik. Kritik bukan
anti, katanya. Dibilangnya, kita kan tidak harus mempercayai apa yang kita
ketahui .
Ada
satu bab, menceritakan pendapat dua orang muda di kampung itu mengenai Nyi Roro
Kidul dan pandangan agama. Lupa, bagaimana pemuda satu, banyak menyebut dalil
alquran, dan berada pada kubu mengatakan syirik. Yang kedua, dengan nyebut dalil juga, bilang kalau
sesajen pada nyi roro kidul mirip seperti kita ngasih uang sama si penjaga
hutan, ngasih uang, bukan nyembah, katanya juga.
2
bulan lebih seperti tinggal di watugunung.
Menarik,
pernyataan Yuda tentang Marja, ‘belum pernah aku melihat perempuan sekuat
Marja’, tidak ingat redaksi berikutnya, tapi Yuda bilang Marja tak perlu
membuat dia merasa bersalah karena mengacuhkannya, dia mempunyai energi yang
cukup banyak untuk membuat dirinya bahagia, dan itu membuatnya menarik di mata
orang lain. , ada beberapa bagian yang saat
penulis menceritakan Marja memperjelas bagaimana dia kuat, tapi melalui
penggambaran yang agak tidak saya sepakati untuk ditulis disini.
Dan
itu, lambang bilangan Fu, seperti brossnya rahma, katanya, ujung-ujungnya yang
terbuka menandakan ketidakstabilan, tapi lingkaranya stabil, dia seperti angka
1 yang diputar-putar. Eh, dibilang kalau nol itu lebih ‘oke’ dari satu, yaitu
karena 1 itu terbatas, tapi nol tidak
Tapi
sungguh bukan berarti jadi sepakat sama ayu utami lho ya, soalnya dia bilang,
lupa redaksi katanya, tapi gini,......kalau ingin menilai orang lain, pakai
kerangka orang lain, jangan memahami agama-agama timur dengan kerangka
monotheis medok dong....
Yang
oke banget tu, ada potongan2 berita yang disematkan ditengah2 cerita, beritanya
asli dari koran atau internet pada masa itu, dikaitkan dengan ceritanya, misal
tentang jaman2 pemerintahan pak harto, trus pas jaman bj habibi dimana ada
seorang dari desa itu yang dibiayai kuliah insinyur di luar negri, jaman2 ninja
meresahkan dimana-mana –membunuh-, jaman-jaman tegangya militer dan polisi. 4
tahun lho nyeleseinnya, dia bener-bener belajar tentang pemanjatan, baca babad
tanah Jawi tu lho –gue aja males!- .
Suka
aja sama semangatnya Jati –tentang alam- dan energi pribadi nya Marja, trus
tentang lambang bilangan itu dan mengenai makna-maknanya, menarik, menarik
bagaimana dia bisa menghayalkannya dan menuliskannya, pasti penguasaan terhadap
ilmu asal mula bilangan nol dan numerasinya bagus.
Jadi,....
bingung..
BalasHapussebagai 'orang-yang-disebut-namanya-tapi-tanpa-royalti' saya mau komen
BalasHapuskamu sini royaltinya-tak gendong kakinya
HapusOh, ternyata brossnya rahma (yang dipikiranku seperti bentuk permen) ternyata lebih dari sekedar bentuk permen :O
BalasHapusaku juga jadi curiga, lambang itu kan lambang fu/hu, trus itu tentang nol yang metaforis milik agama2 yang tidak monotheis, jangan2.....ayamku....hoho
BalasHapus