Jangankan,
mira-wiwit-sato-lani-zuyyi-naris-nisa-ela-fera-iva-isti-agil-lupi-nafi-iib-mas
anom-mas david-mas guf-mas budi-mbak ayuk-mbak aul-mbak tami-mbak uul-bunda-mbak
nuha-mbak eni atau mbak lia-mbak ape-mbak dahlia-ulik-mbak desta-mbak
nurma-zuka atau ria-dewi-alya-eka-fitri-tuti yang sudah lama kenal, orang Cuma
murid yang pertama ketemu aja pas main ke rumahnya itu bisa aja bikin
merinding.
Kenapa. Waktu itu Cuma berdasar rasa kasihan aja,
anak perempuan, yang masih akan dijemput ayahnya jam 4 sore nanti, padahal itu
jam 2 aja belum ada. Sendirian ditepi sekolahan yang udah sepi sejak dhuhur
tadi. Awalnya ngira Cuma akan nganterin, kaya nganterin FBS- Concat aja,
ternyata mblusuk-mblusuk sawah yang gak ada bengkelnya, gak ada yang jual
bensin, sawah doang sawah dimana-mana, mau sampe sepet juga Cuma sawah. Memakan
waktu lebih dari 30 menit, glek! Ini kalo motor ada kenapa-kenapanya mau minta
tolong siapa? Ini negara apa?.
Tapi begitu tiba depan rumahnya, yang tepat didepan
gereja, dengan anjing yang berselonjoran disana-sini, langsung merinding. Iya,
dia akan sama aja diliatnya waktu disekolahan, ah sama-sama murid , sama-sama
anak sekolahan, sama-sama masih unyu-unyu gitu. Tapi, setelah sampe rumah, dan
melihat sang ibu menyambut, bahkan bertrimakasih kepadaku, kok tiba-tiba
terharu ya, dia bukan anak murid yang waktu tadi aku liat disekolahan, dia anak
ibunya. Dengan segala pelik yang dihadapi dirumahnya. Bukan masalah depan
gereja, atau depan masjid.
Itu aku baru kenal 30 menit yang lalu lho, apa lagi
kan yang 3 tahun yang lalu kenal. Harunya pasti lebih dalam, dan lebih menyiksa.
Gak akan kebayang, kalo masih didalam kelas, kita
mbentak seorang murid-karenaemangpatutdibentak,nakalnya-, atau kita menyakiti
seorang murid, kalau udah liat rumahnya, tempat tinggal dia dan orangtuanya,
nyeseknya, itu anak orang cuy, tega banget si nyakitin, aku siapa?.
Begitu juga kalau berkunjung kerumah seorang teman
dekat, mira-wiwit-sato-lani-zuyyi-naris-nisa-ela-fera-iva-isti-agil-lupi-nafi-iib-mas
anom-mas david-mas guf-mas budi-mbak ayuk-mbak aul-mbak tami-mbak uul-bunda-mbak
nuha-mbak eni atau mbak lia-mbak ape-mbak dahlia-ulik-mbak desta-mbak
nurma-zuka atau ria-dewi-alya-eka-fitri-tuti, akan kelihatan sama saja pas kita
ketemu dikampus, iya mungkin beda, karena tiap orang emang beda-beda. Tapi
kalau sudah sampe kerumah, apalagi sampe nginep disana. Malam-malam itu pasti
jadi meleng. Ya Allah, sekarang aku ada dirumah si ini, tidur disalah satu
kamarnya, disambut baik keluarganya, dan mengikuti alur berjalannya kebiasaan
rumah ini.
Ada kehangatan yang dirasakan, yang kehangatan itu
barangkali juga ada dalam rumah kita-bersama orang tua sendiri. Lama-lama
kehangatan itu mengalirkan sebuah perasaan aneh, nyesek.
Jadi merasa, Ya Allah, si A –misal- telah tinggal
disini, dengan segala kehangatan dan kebaik-baiksajaan, bahkan sebelum bertemu
dengan aku. Nyeseknya, adalah kok aku pernah setega itu menyakiti dia. Beneran,
kasurnya, dinding kamarnya, ruang tamunya, aksesoris kamarnya, meja belajarnya,
udara kamarnya itu seperti menghakimi kita, mereka mungkin jauh lebih mengenal
si-A-teman kita itu, daripada kita. Rumah telah mendamaikannya selama itu, tapi
tetiba kita datang, dan bisanya menyakiti.
Apalagi melihat senyum ibu-nya, taukah beliau sedang
menyenyumi seseorang yang bisa saja kapan melukai lagi dan lagi bocah yang
pernah diperjuangkannya melihat bumi dan dilawannya kantuk untuk
membesarkannya. Apalagi, barangkali beberapa kali kita merasa aman, bahwa
selama itu bukan tindak kriminal, kita tak akan dituntut untuk mengobati luka
anaknya, karena orang tua manapun sekalipun begitu menyayangi anaknya sadar
bahwa kita juga adalah sang hidup-anak orang lain- yang tidak terikat apapun
untuk diminta mengobati.
Apalagi melihat sang ayah, tidak sadarkah beliau
sedang menjamu seseorang yang diam-diam tanpa sepengatahuanmu, menyakiti anak
yang dijaga-jaga dan dibesarkannya tanpa sekalipun dia sakiti.
puk puk! cup cup cup, jangan sedih. |
Malam seperti akhirnya membikin tidak bisa tidur,
tapi pengalaman demi pengalaman dari
rumah ke rumah barangkali memang perlu, untuk mengembalikan dia si teman
kita pada kotak sebelum kita turut campur dalam kehidupannya, lalu kita baca
untuk membikin pengetahuan dalam diri kita.
Aku-yang-pasti-menyakiti-kalian.
Mohonmaaf.
ketika persaudaraan itu sudah erat, maka yang ada adalah mengerti, memahami, saling menanggung beban,
BalasHapustak usah ragu dan enggan berbagi cerita dan beban yang sedang ada dalam hati
siaaaaaaaaaaaap!
BalasHapusterkadang kita tidak harus paham untuk memahami, atau harus benar2 mengerti untuk mengerti, karena taaruf itu sepanjang masa...
BalasHapusdan, tidak salah
BalasHapustaaruf is proses
BalasHapus