Selasa, 03 Mei 2011

akibat tidak bisanya hayamwuruk itu bergadhulbashar -

13 April 2010 jam 10:29
Dahulu-dahulu kala ada seorang pelukis, seperti halnya keenan dalam perahukertasnya dewi dee yang hampir selalu melukis karena satu inspirasi kecil dari buku jendral pilik, Saniskara juga gitu, tapi inspirasi mahakaryanya adalah Dyah Pitaloka Citraresmi, kekasihnya.
Digambarlah dengan sukacinta, wajah sang kekasih. Selesailah, entah bagaimana kejadiannya, lukisan Saniskara –yang konon sepertinya seorang abdi- itu diliat sama Hayam Wuruk, mana bisa nggak jatuh cinta Raja Ha-we itu, gambar itu dibuat dengan cinta yang berbunga-bunga, pastilah hasilnnya juga berbunga-bunga.
Enggak puas Cuma lukisannya, adatnya penguasa yang aneh, harus dapet pitalokanya, padahal pitaloka pacarnya Saniskara.
Dirembuglah kepinginan supaya pitaloka cumondhok di Majapahit, seantero majapahit sepatu, tapi Pitaloka jelas enggak,
“apa-apa’an?!”

Linggabuana, sang ayah dari pitaloka pun sakjane wegah memberikan putranya, ning yang minta itu raja yang posisinya hampir menguasai nuswantara e, nulak pun gak bisa apa-apa.
Dilanda dilemma besar, Linggabuana, ayahanda Pitaloka. sementara Gajahmada yang bertekad baja terus merangsek sunda agar mau menjadi bagian nusantara, jadi teringat pemaksaanya Yazid agar Husain bin Ali mau membaiatnya, (samakah posisinya?), tidak seperti cucunda nabi tersebut, Maharaja Linggabhuana hanya merasa kecil dibanding nusantara yang besar, sementara gejolak jatuh cinta HayamWuruk tak bisa terbendung, akibat dari gagalnya hayam Wuruk bergadhulbashar hingga wajah Pitaloka membayang terus.

bersambung........

0 komentar:

Posting Komentar