Pagi
ini seorang teman menggebu-gebu bercerita tentang temannya yang kabur dari
rumah –rumah dia dan suaminya-, karena ternyata suaminya berselingkuh dan telah
memiliki anak dari hasil perselingkuhan. Selingkuhannya, seorang perempuan.
Yang di selingkuhi, seorang perempuan. Yang selingkuh, laki-laki.
Mendengarnya,
berusaha diri menampakkan respon terkejut, seperti sebuah kejadian langka,
perselingkuhan. Dan turut membela si terselingkuhi, seraya ngomen “orang gila
nek itu!”.
Selesai.
Tapi
sebenernya, seperti seorang teman laki-laki pernah ‘curhat’, kalau dia bilang,
selingkuh itu pasti ada alasannya. Laki-laki temanku itu, mengutarakan alasan
kenapa dia berselingkuh dari pacarnya, karena bla..bla..bla.... Dan pacarnya
nggak tahu. Standing applause waktu dapet cerita dia, keren, rapi sekali semua
berjalan, kamu liatin penunjuk waktu yang ada di bom nya, siap-siapin diri pas
nanti meledak. Berani deh, berani bener, kata film barbie barusan, kamu mesti
berani buat dapetin mimpi kamu, buat dapetin keinginan kamu. Terserah kamu
pinginnya apa, kepinginan sesaat atau kepinginan enggak sesaat, toh kalau
tercapai juga bukan kamu yang rugi. Lupain soal kerugian orang lain! *lhoh jadi
emosi.
Maka
mungkin laki-laki diatas pasti punya alasan kenapa bisa sampai selingkuh.
Semua
kejadian itu wajar. Dan beralasan, dan bersebab.
Kaya
Ibu yang selalu marah2in anaknya kalau ada dari anak-anaknya mengatakan
ujug-ujug –tiba2-. Ada alasannya kenapa uang saku kamu jadi sedikit, ilang?,
ada alasannya kenapa uang itu ilang, ditaruh dimana? Disaku. Kenapa dengan
sakunya? Bolong, gitu teruuuus sampe bener-bener gak ada alasnya lagi... Cuma
beralaskan tanah.
Orang-orang
gak akan mati Cuma karena diselingkuhin, diceraikan, di putusin sama pacarnya,
di tinggalin, dijauhi, dicuekin. Dan gak akan mati pula, bagi para peselingkuh,
pemutus, peninggal, penjauh, penyuek, dsb. Hidup tetap berlanjut. Kopma Uny
tetap buka sekalipun ada salah satu dari pembelinya lagi putus cinta. Uny juga
nggak akan libur kalau belum waktunya libur, sekalipun wakil rektornya
bercerai, misal. Syuro must go on, sekalipun yang ngundang syuro baru patah
hati.
Misal
yang tadi itu, hidup si embak terselingkuhi itu habis itu berantakan, dan
orang-orang hanya akan bilang, sudah jangan nangis lagi, ayo bangun. Dan
peselingkuh melenggang dengan hidup barunya. Yaterus mau gimana lagi, orang
udah pergi. Kalau dituntut, mas peselingkuhnya boleh kok mengutarakan alasan
dia.
Kaya
waktu orang kemalingan, orang-orang kan akan bilang yasudah diikhlaskan.
Malingnya kalau di hakimi, boleh kok mengutarakan alasan dia. Bisa jadi akhirnya
bebas, Kalau akhirnya dipenjara ya sudah, barang yang dimaling bisa kembali
bisa enggak. Iya kalau yang diambil barang, kalau yang diambil, emmm, apa ya,
misalkan kehormatan, pye jal le arep mbalekke. Kalau udah kayak gini, bukan
penjaranya yang penting, barangnya balik itu penting banget.
Kan,
itu, pada akhirnya membuat semua tindakan kejahatan menjadi wajar, karena pasti
ada alasannya. Dan kenapa dipresensi siswa itu ada kolom keterangan, disitulah
disediakan bagi setiap kejadian untuk membawa-bawa alasannya turut serta.
Tiap
orang akan berkeras dengan alasannya sendiri-sendiri. Semua kejahatan pasti ada
alasannya, biar alasan itu terlihat sangat bodoh, jahat, gila, cerdik, licik.
Lhoh, menurut saya, saya selingkuh karena pasangan saya tidak bisa memberikan
apa yang saya inginkan. Lhoh, saya meninggalkan pasangan saya, karena itu
tuntutan pekerjaan saya. Lhoh, saya mencuri karena saya butuh uang. Lhoh, saya
menjauh karena saya ingin, karena saya ingin menjaga jarak. Saya melakukan itu
karena saya khilaf. Lhoh, saya habis nampar ya tadi, maaf tadi saya Cuma lagi
ngelindur. Misal.
Mau
bantah-bantahan, juga percuma, kalau kamu sudah dikasih jurus alasan ‘kehendak
Allah’. Itu si urusan dia, pake takdir sebagai kambing hitam. Tapi kalau kepala
kita dijedotin ke tembok alasan yang itu, kamu mau njawab apa.
Mbaknya
tadi juga pasti gak bisa njawab apa-apa
*tulisannya
kok kesannya emosi ya.
0 komentar:
Posting Komentar