Menulis dalam tempa hangat sinar matahari
“........akhirnya kita sampai pada bagian bahwa kita telah jatuh cinta {dewi dee}. namun hal itu hanya dapat kita gapai sebatas waktu yang menjadi jatah kita. Dimana perahu kertas menjemputmu, kembali dalam lautan yang berbeda, meninggalkan sepasang kaki yang terhenyak bahwa pasir yang disampingnya tak lagi melesak. tentu saja tinggal tapak yang jika air pasang, yang baru datang, dia hilang. “
Karena matahari tertakdir begitu setia
Hidup bersama udara kapan saja
Sebab matahari mengerti bahasa cinta
Ketika hijau daun memerlukan sinarnya
Ketika hujan memintanya menguapkan air laut
Membagi cahanya pada rembulan
dia membangun pelangi bersama titik air hujan
dia merengkuh dahan yang kedinginan- dalam embun yang semalam dihinggapkan angin-
dia permulaan
dia pula muara
semua kicau burung mengenalnya
semua kokok ayam jantan menaruh hormat di kaki-kaki sinarnya
dia bersedia menjadi tanda pagi –untuk ribuan raga yang terbangun kembali-
dia bersedia elok dalam pakaian senjanya –untuk jutaan hati yang melelah-
tidak pernah terlambat dari shubuh yang megah
senantiasa hangat dalam dhuha yang tenang
dalam bara doa siang pada rehat dhuhur
bersama dalam tentram ashar yang bijaksana
turun membagi keemasannya pada kaki langit mahrib
mendekap selimut isya dibalik rembulan
dia menyaksikan, peluh petani tua
dia menyaksikan, umpat sopir bus kota
dia menyaksikan, rintihan pengemis lapar
dia menyaksikan, ketawa anak-anak SMA
dia meyaksikan, pantulan sinarnya pada mobil pejabat muda
dia telah menyaksikan, lebih dari milyaran wajah yang tertebak
Menghangatkan secangkir teh dalam pagi dan dasi yang dirapikan
Menghangatkan segelas kopi manis dalam alun sore dan perkataan cinta yang tersampaikan
dia hangat, dia panas, dia pesona,
dia hidup dalam setiap pasir tepian laut
dia bersatu dalam legam para peselancar
dia meniti tiap jengkal kulit bayi dua hari
dia menyambut jendela kamar yang terbuka
dia menembus celah-celah kecil hati
matahari memang tertakdir begitu setia
akan terus ada sampai manusia manapun menutup mata
sampai bahkan kita tidak mungkin lagi berjodoh dengannya
sekalipun kita membutuhkannya
sampai Tuhan mencukupkan hari kita bersamanya
karena kita Cuma manusia
sampai Tuhan mencukupkan hari kita bersamanya
(mau tidak mau)
.
Kamis, 02 Februari 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
:)
BalasHapus