Aku ngomel-ngomel. Bicara meracau, mengatai-ngatai
sopir bis yang sudah tak mampu lagi mendengar kata-kataku. Tinggal seorang
perempuan disebelahku yang sangat terganggu dengan ini. Perempuan dengan
setelan pakaian terbaik yang pernah kuliat. Cantik.
Jangan-jangan dia bidadari,
tapi dia tidak pernah disini sejak setahunan ini aku aktif sebagai penumpang
bis terakhir. Dia baru saja berlari-lari kecil didepanku yang tergopoh-gopoh.
Dia juga ketinggalan bis, pikirku.
Aku masih aktif mengeluh dan membikin keributan
dengan keluhanku.
“Kamu
kenapa si?”
Diluar
kendali kewarasanku, aku menjawab.
“Sebel”
“Karena
bisnya udah jalan?”
“Ya..nggak
bisa apa nunggu bentar....” aku kecewa, kubilang dalam hati.
Tapi
seperti membaca hatiku, dia berkata.
“Emang
kamu siapa?”. Iya, aku si siapa? Eiy, aku seperti orang kehilangan jati diri
saja. Tapi memang aku siapa, jika kita bicara dalam suasana aku dunia dan bis
itu. Aku siapa? Pemilik bis itu? Bukan ah, sopirnya? Bukan bukan, ibu-ibu hamil
yang nyarter bis itu? Bukan juga. Tuhan, yang Maha Kuasa? Ah becanda. Malaikat,
yang mengirim wahyu Tuhan? Bukaaan. Presiden? Bukan lah. Bayi baru lahir yang
suci? Menggeleng. Aku siapa? Ini pertanyaan yang bisa membuat gila, aku siapa?.
Perempuan
cantik itu menatapku lekat, memaksaku membikin pengakuan: Aku, umm, seorang pekerja kantoran dengan
setumpuk kertas kerja yang merepotkan yang baru saja tergopoh-gopoh mengejar
bis karena terlalu lalai mengerjakan tugas kantor sehingga pulang kantor telat
dan sudah ketinggalan... 25 ....menit dari ....jadwal standar ......bis
terakhir, yang .....sekarang se...dang ....merutuk...kkki supir bis
yang...ssss..udah menunggu du a pu...luh lima menit, berdiri disamping
perempuan cantik yang membawa kertas kerjanya jauh lebih banyak dariku, dan
sekeranjang belanjaan yang besar.
Aku
melengos, dan berdoa semoga aku diberi kekuatan untuk menghilang. Aku kesal,
tapi lebih tepatnya malu.
Terakhir,
perempuan itu tersenyum padaku, manis. Mulai duduk di bangku halte yang basah.
Senyumnya mengandung kalimat, Kamu siapa? Kecewa....
*ketidakbahagiaanmu
barangkali hukuman, bisa jadi, bagi seseorang yang minum alkohol padahal sudah
tau bagaimana peraturan agamanya berbicara tentang itu. Jangan merutuki teman
minummu apalagi pelayan bar nya.
yaaas
BalasHapus